SimadaNews.com-Huta Reva kembali dihantui ancaman bencana. Empat tahun setelah longsor mematikan merenggut rumah dan harapan warga, bayang-bayang tragedi serupa kembali mengintai.
Hutan lebat Harangan Reva—penjaga ekosistem alami Danau Toba—dilaporkan telah dibabat habis oleh aksi pembalakan liar.
Pada akhir April 2025, lebih dari empat hektare kawasan hutan alam di bukit Reva ditebangi secara ilegal.
Bukit hijau yang dahulu menjadi pelindung kini berubah menjadi luka tanah merah yang terjal, menyimpan potensi longsor kapan saja.
“Kami hidup dalam ketakutan. Bukit yang dulu menyelamatkan kami, sekarang malah menjadi sumber ancaman,” kata Marojahan Manik, warga Reva Sipolha yang kerabatnya menjadi korban dalam longsor tahun 2021.
Tragedi longsor pada 29 September 2021 tersebut disebabkan oleh curah hujan tinggi yang mengguyur Dusun IV Reva Kalapa, Kelurahan Sipolha, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Tiga rumah dilaporkan rusak berat, sejumlah ternak mati, dan warga mengalami trauma mendalam.
Sebagai bentuk respons, Kapolres Simalungun AKBP Nicolas Dedy Arifianto SH SIK MH sempat meninjau langsung lokasi bencana pada 1 Oktober 2021, sekaligus menyalurkan bantuan sosial dari Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol RZ Putra Panca S MSi. Bantuan ditujukan kepada warga terdampak, seperti Jumadi Manik (36), Op Reyhan br Napitu (63), dan Elpanus Haloho (71).
Namun kini, bencana kembali di ambang pintu. Aksi pembalakan liar yang diduga dipimpin MD alias Amani PM telah merusak kawasan hutan alam yang selama ini menjadi benteng hidup masyarakat.
Polisi telah menyita satu unit chainsaw sebagai barang bukti, dan proses penyelidikan masih berlangsung.
“Yang mereka tebang bukan sekadar pohon. Itu hutan alam ratusan tahun. Mereka membunuh ekosistem,” tegas Benson Marbun, Ketua HKM Lestari.
Kepala UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) II Pematang Siantar, Sukendra Purba, menyebut pihaknya telah melakukan pemetaan kerusakan. Namun, warga menilai langkah hukum yang diambil sejauh ini belum cukup tegas untuk memberi efek jera.
Dalam rapat darurat kampung, masyarakat menyuarakan tuntutan yang tegas kepada pemerintah.
“Kami butuh perlindungan nyata, bukan janji kosong. Jika pemerintah tak bertindak sekarang, yang hilang bukan hanya Reva, tapi juga masa depan Danau Toba,” tegas seorang warga dalam pertemuan tersebut. (snc)