SimadaNews.com-Terjadinya bencana banjir dan longsor yang menerjang Jembatang Siduadua, Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, dipastikan karena terjadinya penjarahan kayu di hutan yang ada di perbukitan yang berada di atas Jalinsum Siantar-Parapat itu.
Seorang penatua Desa Sibaganding bermarga Sirait, menceritakan, pada zaman dahulu daerah banjir bandang itu dianggap sakral oleh para orangtua. Berbeda dengan sekarang ini, setelah menyebar dan berkembangnya zaman, sebahagian budaya leluhur berupa larangan agar tidak sembarangan menebang kayu sudah tertinggalkan.
” Daerah ini memiliki penghuni Namartua Sigualon dan Namartua Si Rikki. Kami yakini keduanya marah akibat para ulah tangan manusia serakah yang menebangi kayu di atas bukit,” papar Sirait.
Hingga kini, para orang tua dan sebahagian masyarakat masih meyakini bahwasanya alam sangat perlu dilestarikan, namun kini keseimbangan alam tidak terjaga lagi.
“Jadi, kalau alam sudah tak seimbang wajarlah musibah dan bencana itu datang,” tutur Sirait.
Sementara, sekitar pukul 17.09 WIB longsor susulan dijalinsum jembatan Siduadua kembali longsor menghantam truck Toronton BK 8058 BS hingga terbalik dimana sebelumnya hanya menerpa bagian badan belakang dan samping kendaraan dipenuhi tanah lumpur serta bongkahan potongan kayu.
Begitu juga dengan mobil jenis L 300 Bk 8033 JQ angkutan Bumi Karsa, Toyota Rush D 1468 SAK yang dikemudikan Albiden Samosir (60) juga sebagai pemilik mobil datang dari Pematang Siantar, hendak ke Pesta di Samosir.
Kanit Lantas Polsek Parapat Ipda M. Matondang, ketika dihubungi, pada situasi saat ini jalan alternatif dari Pintu Palang Pondok Bulu, Nagori Dolok Panribuan, melalui Sitahoan tembus ke Sipanganbolon, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, juga mengalami becek dan lumpur yang dalam.
“Kami imbau bagi setiap pengendara secara khusus mobil agar jangan melintasi Jalan Alternatif Sitahoan, karena nantinya akan dapat mengalami terjebak akibat kondisi jalan yang sangat mengkhawatirkan,” tegas Matondang. (ana/snc)