Simada News
Minggu, 6 Juli 2025
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV
Simada News
No Result
View All Result
Simada News
No Result
View All Result
  • SMSI
  • google news
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Labuhan Batu Raya
  • Pesona
  • Sudut Pandang
  • Tokoh
  • SimadaTV
ADVERTISEMENT
Home Sudut Pandang

Dies Natalis 74 Tahun HMI : Menjadi Episentrum Dialog Berbagai Perbedaan

Simadanews.com by Simadanews.com
6 Februari 2021 | 08:57 WIB
in Sudut Pandang
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: ARI SAFARI MAU, S.H, M.H.
Kandidat Ketua Umum PB HMI

Sejak bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 2012, saya berhadapan dengan wacana-wacana keislaman dan keindonesiaan yang dengan berbagai penjelasan menjadi satu kesatuan yang saling mengisi.

Delapan tahun berada di organisasi mahasiswa ini, saya mulai meresapi bagaimana pandangan organisasi ini terhadap keislaman dan keindonesiaan yang jika ditelaah dari kacamata historis sebenarnya juga tidak tunggal. Secara epistemik, cara pandang HMI terhadap dua hal itu berubah dari masa ke masa.

Membaca teks-teks keislaman di Indonesia, saya mulai mampu merasakan bagaimana organisasi mahasiswa Islam ini mengalami keislaman dan keindonesiaan sekaligus. Pada titik inilah saya akan memulai refleksi ini.

Pada saat kemunculannya HMI memiliki pandangan bahwa ummat Islam pasca kolonial telah berada jauh dari agama. Budaya kolonial yang demikian sekular dan nyaris tidak melibatkan agama dalam aktifitas kenegaraannya menjadikan masyarakat mayoritas yang beragama islam, menjadi sangat jauh dari agama (khususnya masyarakat urban).

Sebab itu pula rumusan tujuan pendirian HMI pertama kali adalah untuk mempertinggi harkat dan martabat umat Islam Indonesia dengan mengembalikan agama ke dalam kehidupan bernegara dan kesehariannya.

Era dimana HMI berjuang untuk misi keagamaannya ini dimulai pada 1947 sampai pada 1957.

Di samping misi-misi keagamaan itu HMI juga sekaligus ikut ambil bagian dalam mempertahankan kedaulatan Negara pada agresi militer II. Saat-saat itu memang agama adalah inspirasi paling baik yang dimiliki Indonesia untuk sepenuhnya terbebas dari penjajahan.

Tapi pada saat orde baru mulai berkuasa dan stabilitas politik mulai dipertontonkan dan diperjuangkan habis-habisan oleh rezim, pada batang tubuh HMI kemudian muncul para pembaharu seperti Cak Nur yang mencoba mengelaborasikan Islam dengan Indonesia.

Bersebab pada perseteruannya dengan rezim, baik orde lama maupun orde baru, Islam pada saat itu kembali terpinggirkan.

Aspek-aspek hukum di dalam agama yang kian mengemuka membuat para penguasa baik Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto merasa terganggu dengan pemikiran-pemikiran Islam yang mengedepankan aspek hukum.

Nurcholish Madjid, seorang lulusan Gontor sekaligus berlatar belakang keluarga Masyumi kemudian memberikan angin segar bagi wacana pembangunan Soeharto dan bagaimana Islam dapat berkontribusi untuk pembangunan itu.

Kemunculan Cak Nur dengan setumpuk wacana pembaharuannya membuat ummat Islam Indonesia tersadar bahwa keislaman yang mengedepankan aspek hukum pada levelnya yang paling parsial, bukanlah suatu pandangan yang dapat digunakan untuk berdialog dengan zaman, alih-alih dengan suatu rezim yang memiliki arah yang spesifik dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Setumpuk wacana-wacana pembaharuan Cak Nur itu dirumuskan dalam jargon-jargon yang tidak cukup mudah untuk dicerna mayoritas masyarakat, meski tentu saja lebih dari cukup untuk menghentakkan kecenderungan fiqh dalam kehidupan beragama umat Islam zaman itu. Diantara jargon yang paling terkenal adalah Islam Yes, Partai Islam No.

Dies Natalis 74 Tahun HMI : Menjadi Episentrum Dialog Berbagai Perbedaan

Jargon ini merupakan meta-kritik bagi cara pandang umat Islam terhadap politik, yang saat itu melihat politik dan negara sebagai soal-soal yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram, surga-neraka dan iman-kufur.

Cak Nur memberikan uraian panjang lebar tentang bagaimana agama sama sekali tidak berbicara secara gamblang tentang bentuk negara dan cara tunggal dalam suksesi kepemimpinan.

Uraian Cak Nur ini lah kemudian yang membantu umat Islam indonesia untuk berdamai dengan demokrasi yang telah dipilih sebagai jalan bernegara kita sejak negara ini didirikan.

Selain itu Cak Nur sebenarnya juga membuka keran-keran kebebasan berpikir bagi umat muslim yang telah mengalami kejumudan dan hanya berbicara urusan halal-haram tanpa pernah mau memahami urusan-urusan kompleks politik, kenegaraan bahkan tekhnologi dan kebudayaan.

Cak Nur dengan gigih mengkampanyekan wacana Islam Substantif yang mau tidak mau harus diperhadapkan dengan islam simbolik yang menjadi cara berpikir khas umat muslim arus utama di hari-hari itu.

Kampanyenya yang tak mengenal lelah itu, selain membuahkan hasil bagi umat, juga mendapatkan kritik-kritik tajam dari pemuka agama saat itu. Dukungan yang ia dapatkan tidak sebanyak kritik dan fitnah yang diterimanya. Tapi begitulah Cak Nur, ia berbicara dengan lisan dan tata bahasa yang jauh melampaui zamannya.

Setelah semua perjuangan Cak Nur itu, bagaimanakah kondisi alam pikiran umat Islam Indonesia hari ini?

Kita sama-sama tahu, pemilu 2019 telah meninggalkan cerita tragis bagi kehidupan keberagamaan kita di Indonesia.

Saat itu ulama yang menginsinuasikan dirinya sebagai perwakilan umat Islam arus utama ikut di dalam pertarungan politik dan secara terang-terangan menjadi microphone bagi Prabowo Subianto yang kemudian kalah dalam pemilu tersebut.

Pembelahan di kalangan umat Islam Indonesia saat itu kian kentara, sebab para tokohnya membelah dua calon presiden itu kepada dua terminologi.

Yang satu disebut hizbullah dan yang lain disebut hizbussyaithan.

Politik agama yang simbolik ini–untuk tidak menyebutnya sebagai politisasi agama, harus diakui telah membawa dampak tertentu bagi berjalannya roda kenegaraan kita.

Sampai konsensus antara kedua pasangan calon terjadi, kelompok-kelompok masyarakat yang terlanjur memahami pemilu sebagai pertempuran antara Si Jahat dan Si Baik pun tetap pada posisi pikirannya.

Perlawanan dari umat muslim yang mengalami mis-konsepsi dengan petahana pun tetap terpatri dalam protes-protes destruktif, bahkan nyaris anti pemerintah.

Pada situasi ini cara berpikir Islam jalan tengah atau Islam substantif pun mengalami kebuntuan untuk muncul ke permukaan–sebab menjadi juru damai di tengah kekacauan pikiran publik, itu sama artinya dengan berdiri di sudut sisi yang sama ekstremnya.

Tantangan cara berpikir Islam simbolik ini merupakan tantangan yang tidak pernah usai.

Himpunan Mahasiswa Islam melalui Nilai-Nilai Dasar Perjuangan yang dirumuskan Cak Nnur setengah abad yang lalu harus mengambil peran konkret.

Situasi mis-konsepsi ini merupakan keretakan epistemik zaman ini yang sekaligus adalah efek buruk industrialisasi dan pembangunan.

Daripada itu saya mengajukan satu pemikiran bahwa betapa perlu kita, kader-kader HMI untuk menjadikan organisasi sebagai sekolah-sekolah bagi perdamaian, resolusi dan lebih mendasar lagi bagi dialog atas perbedaan-perbedaan.

Pemikiran khas HMI adalah pemikiran yang mencoba melihat segala sesuatu sampai pada akar masalahnya, pada substansi segala sesuatu.

74 Tahun umur himpunan ini, kita harus membentuk kembali berbagai pelatihan yang dapat memunculkan generasi-generasi pendidik, generasi misi yang memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya berdialog dan berkolaborasi menuju Indonesia maju dan sejahtera.

Share221Tweet138Pin50

Berita Terkait

PILKADA 2024, ANAK MUDA BISA APA?

02/07/2024

PEMILU  Tahun 2024 sudah selesai, sebentar lagi pemilihan kepala daerah yang hakikinya dilaksanakan sekali setiap lima tahun akan dimulai. Secara...

Aspek Positif dan Negatif dari Perubahan Umur Calon Presiden dan Wakil Presiden

04/06/2024

PEMILIHAN Presiden pertama kali di Indonesia bukan dari pemilihan umum yang langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan Presiden pada awal tahun...

Prof Dr Heri Budi Wibowo

Indonesia Menuju Swasembada Pangan dan Makan Siang Gratis dengan Modifikasi Cuaca

17/05/2024

KETAHANAN pangan menjadi salah satu sasaran program jangka Panjang pemerintah sampai tahun 2040 menuju Indonesia emas. Target utama dari ketahanan...

Pematangsiantar Butuh Pemimpin Berani dan Akses Alternatif Hadirkan Dana Pembangunan

16/04/2024

SimadaNews.com-Pemilihan kepala daerah, termasuk di Kota Pematangsiantar, menjadi sorotan pada tahun ini. Sejumlah calon wali kota potensial telah mulai muncul...

Selamat Datang Era Legitimasi Vs Legalitas

16/02/2024

PUJI Syukur pada Sang Ilahi ! Pemilu Serentak 2024 sampai saat ini berjalan sesuai agendanya.. Ternyata jnggulan pilihan politik perwakilan...

Tolak Masa Jabatan Kades 8 Tahun!

13/02/2024

SimadaNews.com-Revisi UU Desa telah sampai kepada tahap pembahasan tingkat I oleh DPRRI melalui Baleg dengan Pemerintah dalam hal ini Kementerian...

Berita Terbaru

News

Wali Kota Pematangsiantar Hadiri FGD Bersama Gubernur Sumut Bahas Sekolah Lima Hari dan Program Sekolah Gratis

5 Juli 2025 | 21:08 WIB
News

Semangat Kemerdekaan Menggelora, DPC PROGIB Simalungun Gelar Turnamen Gebyar HUT RI ke-80

5 Juli 2025 | 20:51 WIB
News

Tolak Mobil Dinas Rp2,3 Miliar, Bupati Labuhanbatu Tuai Apresiasi PMII: Kebijakan di Luar Nalar!

5 Juli 2025 | 19:09 WIB
News

Lewati Empat Putaran Pemilihan, Pdt Jan Hotner Saragih Terpilih jadi Sekjen GKPS

5 Juli 2025 | 13:05 WIB
News

Pdt John Christian Saragih Terpilih sebagai Ephorus GKPS dalam Sinode Bolon Ke-46

4 Juli 2025 | 23:07 WIB
News

Tolak Konversi Kebun Teh ke Sawit, Minta PTPN IV Hentikan Rencana Tanam Ulang

4 Juli 2025 | 14:29 WIB
News

Pengurus KONI Pematangsiantar 2025–2029 Resmi Dilantik, Siap Tingkatkan Prestasi Olahraga

3 Juli 2025 | 20:19 WIB
News

Pemkab Samosir Gelar Rapat Lanjutan Penyusunan Ranperda Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

3 Juli 2025 | 19:42 WIB
News

Kejar Pangulu Banjar Hulu yang Kabur Lompat ke Sungai,  Calon Jaksa Hanyut

3 Juli 2025 | 12:57 WIB
News

Wali Kota Pematangsiantar Sambut Mubes XXIX GPDI: Momentum Strategis Hadapi Tantangan Zaman

3 Juli 2025 | 09:32 WIB
News

Tukang Servis HP Hampir Dipenjara, Kini Bebas Berkat Restorative Justice Kejari Simalungun

3 Juli 2025 | 08:44 WIB
News

Ketua SMSI Sumut Apresiasi Kinerja Polda Sumut di HUT Bhayangkara

2 Juli 2025 | 23:49 WIB
  • Redaksi
  • Terms
  • Policy
  • Pedoman

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba

slot gacor
slot gacor
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba