SimadaNews.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal dunia akibat gempa bumi yang mengguncang Sulawesi Barat, berdasar hasil pendataan hingga Minggu (17/1) pukul 14.00 WIB total 73 orang.
Jumlah korban tewas itu menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi BNPB Raditya Jati, berasal dari dua kabupaten yakni Mamuju dan Majene.
“Baru saja kita mendapat update terakhir. Jadi tolong dicatat ulang untuk korban meninggal dunia di gempa bumi 6,2 magnitudo yang terjadi 15 Januari lalu, di Kabupaten Majene 9 orang, kemudian Kabupaten Mamuju meninggal dunia 64 orang,” tutur Raditya Jati, Minggu (17/01/2021).
“Sehingga total semuanya adalah 73 orang meninggal” lanjut dia.
Sebagai bagian upaya penanganan gempa, petugas BNPB untuk sementara bakal berkantor di Mamuju, Sulawesi Barat. Langkah ini ditempuh agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan resmi langsung dari pemerintah.
Selain itu, BNPB menempatkan 3 helikopter di lapangan untuk membantu distribusi logistik dan peralatan yang dibutuhkan.
Raditya pun memastikan kebutuhan air bersih, makanan hingga pakaian akan tercukupi dan memadai hingga sepuluh hari ke depan.
Pemerintah, menurut Raditya, juga bakal memastikan pelayanan kesehatan bagi korban terdampak, baik yang dirawat di RS Bhayangkara maupun rumah sakit regional. Sembari, lanjut dia, tetap wajib mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Adapun BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Polewali Mandar terus memperbarui pendataan dan berkoordinasi dengan TNI-Polri, Basarnas serta, relawan maupun instansi lain untuk proses evakuasi warga terdampak.
Berdasarkan catatan BNPB per Minggu (17/1) sore, sebanyak 826 korban luka-luka akibat gempa.
Sebanyak 657 orang di antaranya ada di Kabupaten Majene dengan rincian 12 orang luka berat, 200 orang luka sedang dan 425 orang luka ringan.
Sementara di Kabupaten Mamuju dilaporkan 189 orang dirawat inap lantaran dalam kondisi luka berat. Adapun sekitar 15 ribu warga terdampak, mengungsi.
Pengungsian tersebar di 10 titik di antaranya Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbau di Kec. Ulumanda, Kec. Malunda dan Kec. Sendana.
Sedangkan, di Mamuju terdapat 5 titik pengungsian di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro.
Sebelumnya, dua hari berturut-turut gempa bumi mengguncang Kabupaten Mamuju dan Majene di Sulawesi Barat.
Pada Sabtu (16/1) sore, jalur darat yang menghubungkan Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju Kembali pulih dan dapat dilalui kendaraan.
Jalur tersebut kembali dibuka setelah Dandim 1401/Majene, Letkol Inf Yudi Rombe dari Komando Daerah Militer (Kodam) XIV/Hasanuddin, menugaskan Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) 8/SMG untuk membuka akses menggunakan alat berat.
BNPB telah mendistribusikan bantuan berupa 8 set tenda isolasi, 10 set tenda pengungsi, 2.004 paket makanan tambahan gizi, 2.004 paket makanan siap saji, 1.002 paket lauk pauk, 700 lembar selimut, 5 unit Light Tower, 200 unit Velbed, 500 paket perlengkapan bayi, 500.000 buah masker kain, 700 pak mie sagu dan 30 unit Genset 5 KVA.
Pada Jumat (15/1) lalu sekitar pukul 02.28 WITA gempa bermagnitudo 6,2 mengguncang Sulbar dan sejumlah provinsi tetangga. Episenter gempa terletak pada koordinat 2.98 LS dan 118.94 BT. Tepatnya, berada di darat pada jarak 6 km arah Timur Laut Majene dengan kedalaman 10 KM.
Satu hari setelahnya, Sabtu (16/1), kembali terjadi gempa susulan sekira pukul 6.32 WIB dengan magnitude 5.0. Gempa dirasa cukup kuat dan berlangsung sekitar 5-7 detik. Masyarakat sempat panik dan berhamburan keluar rumah. Namun gempa tak berpotensi tsunami.
Kondisi tersebut membuat Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari terhitung dari tanggal 15 Januari sampai dengan 28 Januari 2021. (***)