Oleh @Buntulan Tambunan
Sejak awal dilaksanakannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), saya sangat tidak setuju dan saya tuangkan dalam FB saya.
PSBB sangat rentan “dikorupsi” oleh para birokrat dan para politikus busuk, sehingga menjadi bancakan mereka dalam bermain anggaran negara baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, salah satu korbannya adalah menteri sosial Juliari Batubara.
Sebenarnya kalau aparat kita jujur, maka penjara tidak akan cukup menampung para “penjahat sosial” yang seakan-akan seperti malaikat padahal lebih kejam daripada rajanya iblis.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Sangat simpel menganalisanya.
- Pandemi yang digaungkan seakan-akan terjadi kiamat kalau tidak sesegera mungkin ditangani (baca “diproyek-kan”)… misalkan proyek rapid test, proyek PCR (harganya tidak terkendali, tidak terjangkau masyarakat), proyek kesehatan RS, proyek bansos dll.
- Iklan dan analisis yang tidak tepat sasaran karena semua berbasis “proyek” sehingga masyarakat secara mental “terteror” oleh iklan tersebut.
- Semua orang bebas berbicara (yang bukan ahlinya, yang setengah-setengah keahliannya, para politikus asal bicara, para birokrat yang ingin sok tampil dll), sehingga terjadi “krisis ketidakpercayaan” masyarakat.
- Pemimpin daerah berlomba mengiklankan dirinya seakan akan mejadi “pahlawan daerah” yang kebablesan dengan menganggarkan APBD penanggulangan Covid yang kurang tepat bahkan bisa dikatakan asal jadi.
Ini semua terjadi karena PSBB itu sendiri bersifat ELITE, hanya birokrat atas bekerja sebagai SUBJEK dan RAKYAT sebagai OBJEK. Disinilah letak KESALAHAN BESAR.
Saya sejak dulu mengusulkan RAKYAT lah menjadi SUBJEK untuk menanggulangi pandemi ini dengan cara GOTONG ROYONG di tingkat RT, RW dan pemerintah hanyalah sebagai regulator dan fasilisator.
Jadi rakyat di setiap daerah akan BERPIKIR, BERENCANA, BERTINDAK sesuai dengan alam sekitarnya dan rakyat di level RT RW masih begitu kental sifat GOTONG ROYONGnya (gotong royong terpimpin) yang merupakan sifat dasar dari PANCASILA (bung Karno) itu sendiri.
Setelah hampir 9 bulan pemerintah menjalankan PSBB yang hasilnya bukan bertambah baik, malah bertambah “gaduh” dan uang terbuang secara percuma dan negara dihimpit hutang jauh lebih besar dari yang diperkirakan, akhirnya mereka berpikir jernih untuk kembali ke sifat leluhur nenek moyang kita yakni GOTONG ROYONG level RT & RW.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) periode pertama kurang berhasil, karena persiapan tidak matang dan masyarakat merasa kaget akan perubahan sikap pemerintah dari yang semua dikontrol oleh pemerintah, sekarang diserahkan ke RAKYAT (sebagai subjek) dan rakyat merasa GAGAP.
Banyak para “pembacot” yang mengatakan PPKM tidak layak karena tidak efektif dalam penanganan pandemi, padahal PPKM baru satu minggu lebih dilaksanakan.Saya secara pribadi mencurigai maksud terselubung dari para “pembacot” tersebut (lagi-lagi “ada udang di balik rempeyek yang lezat).
Untungnya pemerintahan Jokowi memandang dengan sudut yang berbeda dari para “pembacot” tersebut.
Jokowi yang keras kepala tidak ambil pusing terhadap para pembacot tersebut dan diperintahkannya semua jajaran terus melakukan perbaikan PPKM sampai RAKYAT merasa BANGGA dengan cara RAKYATlah menjadi SUBJEK bukan OBJEK dalam penanganan pandemi tersebut. Dan pemerintah hanyalah sebagai regulator dan fasilisator.
Pada periode kedua PPKM, sudah terlihat hasil yang signifikan dalam pengendalian pandemi. Yang biasanya kasus positif di atas 12 ribu orang perhari, sekarang sudah turun di bawah 8500 orang perhari dan tingkat penyembuhannya juga menjadi rata-rata di atas 9500 orang perhari.
Apa arti angka tersebut di atas, Rakyat merasa senang karena menjadi SUBJEK dan semakin merasa percaya diri bahwa pandemi ini bisa dikendalikan bilamana kita BERSAMA-SAMA BERGOTONG ROYONG, karena sifat luhur dari rakyat kita telah diterapkan melawan pandemi ini.
Inilah salah satu contoh pelaksanaan PANCASILA yang agung dan kita akan merasakan KESAKTIAN PANCASILA itu sendiri dalam kehidupan sehari hari.
Semoga semua stakeholder dapat memahami artinya GOTONG ROYONG yang dikatakan oleh Bung Karno pada saat memeras inti dari PANCASILA itu sendiri.
(Penulis; pengurus di Gerakan Daulat Desa dan juga Pembina di Gerakan Relawan Berdaulat dan Independen Dulur Ganjar Pranowo (DGP) serta pendiri dan mantan penggerak utama dari BARA JP (Barisan Relawan Jokowi Presiden) saat Pilpres 2014)