slot thailand
slot gacor
Indonesia Menuju Swasembada Pangan dan Makan Siang Gratis dengan Modifikasi Cuaca – Simada News
Simada News
Kamis, 22 Mei 2025
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV
Simada News
No Result
View All Result
Simada News
No Result
View All Result
  • SMSI
  • google news
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Labuhan Batu Raya
  • Pesona
  • Sudut Pandang
  • Tokoh
  • SimadaTV
Home Sudut Pandang
Prof Dr Heri Budi Wibowo

Prof Dr Heri Budi Wibowo

Indonesia Menuju Swasembada Pangan dan Makan Siang Gratis dengan Modifikasi Cuaca

Prof Dr Heri Budi Wibowo.

Simadanews.com by Simadanews.com
17 Mei 2024 | 16:26 WIB
in Sudut Pandang
Share on FacebookShare on Twitter

KETAHANAN pangan menjadi salah satu sasaran program jangka Panjang pemerintah sampai tahun 2040 menuju Indonesia emas. Target utama dari ketahanan pangan adalah swasembada pangan. Dengan swasembada pangan (beras) maka program tahunan seperti makan siang gratis dan stabilitas harga beras bisa terjamin.

Kebutuhan beras nasional rerata per tahun tahun 2019-2023 adalah 56 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau 33 juta ton beras. Kebutuhan nasional beras dipenuhi dalam negeri sebesar 53 juta ton GKG, sisanya diimpor dari beberapa negara sebanyak 3-5 juta ton atau 5 persen dari produksi nasional (BPS, 2023).

Untuk mencapai swasembada beras diperlukan penambahan produksi minimal 3-5 juta ton per tahun. Tantangan lain dari Upaya swasembada beras lainnya adalah penurunan luas lahan sawah sebesar 0,3 persen setiap tahun.

Dengan penurunan tersebut, maka diperkirakan pada tahun 2040 akan terjadi penurunan lahan sebesar 4,8 persen dari produksi nasional jika tidak ada Upaya mempertahankan atau menambah jumlah lahan sawah. Dengan demikian, maka kebutuhan penambahan produksi sebesar 10 persen dari produksi nasional sekarang sampai dengan Tahun 2040.

Upaya pemerintah menuju swasembada pangan dilakukan dengan tiga pendekatan besar, yaitu mempertahankan konsistensi produktifitas hasil panen per hektar, menambah luas lahan sawah tersedia, dan meningkatkan jumlah frekuensi panen.

Tingkat keberhasilan belum signifikan dibuktikan dengan Produktivitas GKG yang belum meningkat pada tahun 2023. Oleh karena itu perlu analisis dan terobosan agar program swasembada pangan dan makan siang gratis dapat terjamin.

Upaya mempertahankan produktivitas beras telah dilakukan dengan mekanisasi pertanian, pemupukan, bibit unggul, dan penyemprotan hama. Program tersebut telah berlangsung dengan baik dan mampu mempertahan kapasitas produksi minimal 5 ton GKG per hektar sawah. Benih-benih unggul telah dihasilkan bahkan banyak yang mampu panen 3x setahun.

Upaya penambahan kapasitas produksi 3,5 juta GKG dapat dipenuhi dengan menambah luas lahan sawah sebanyak 650 juta hektar. Tantangan perubahan lahan mon produktif atau lahan tidur menjadi lahan produktif untuk perkotaan maupun industri lebih dominan daripada persawahan karena nilai ekonomisnya lebih tinggi.

Penambahan lahan sawah dapat diperoleh dengan konversi lahan tandus seperti di daerah timur dan konversi lahan gambut. Lahan gambut di Indonesia sangat besar, sehingga sangat cukup menyediakan 1 jutaan hektar, namun aspek sosial budaya bakar lahan, struktur tanah asam, dan ekologi (lingkungan) membuat biaya konversi sangat mahal dengan tingkat keberhasilan yang rendah.

Walaupun terdapat percobaan penananam padi di lahan gambut dapat menghasilkan maksimal 4,5 ton GKG per hektar dengan masa siklus tanam 105 hari, namun persoalan budaya Masyarakat setempat yang suka membakar lahan dan dampak lingkungan lebih mendominasi tantangan keberhasilannya. Program konversi lahan gambut menjadi lahan persawahan membutuhkan biaya sangat tinggi.

Masalah distribusi air dengan membangun saluran irigasi dan pompanisasi dapat cukup membantu, namun memerlukan terobosan baru untuk daerah-daerah yang kesulitan air seperti di daerah Nusa Tenggara Barat dan Timur.

Upaya yang cukup signifikan menaikkan produktivitas padi adalah dengan meningkatkan frekuensi panen. Jika selama ini frekuensi panen rerata adalah 2,2 kali panen, maka dapat ditingkatkan menjadi 2,5 sampai 3 kali panen per tahun. Peningkatan tersebut dapat meningkatkan produktivitas sebesar 10-20 persen per tahun. Kenaikan tersebut dapat dilakukan dengan ditunjang bibit yang baik dan jumlah air memadai.

Mengamati permasalahan tersebut, nampaknya penyediaan air lingkungan bisa jadi terobosan meningkatkan produktivitas padi dan swasembada pangan. Dengan penambahan lahan tandus 500 ribu hektar dan meningkatkan frekuensi panen menjadi minimal 2,5 kali setahun, maka dapat dicapai swasembada pangan.

 

Penyediaan air selama ini menggunakan pompanisasi dan irigasi. Pompanisasi membutuhkan biaya pengadaan dan perawatan mahal, sehingga tidak bisa pemerataan. Untuk pengadaan air yang merata, maka dapat digunakan teknologi modifikasi cuaca untuk mengairi daerah-daerah sulit air dan meningkatkan frekuensi panen. Jika biasanya panen dua kali setahun, maka dapat dibuat pada masa puncak kemarau tetap mendapatkan air untuk menambah frekuensi panen.

Teknologi modifikasi cuaca di Indonesia telah digunakan untuk mengatasi puncak kemarau atau pengisian waduk penghasil Listrik. Teknologi modifikasi sudah dilakukan sejak tahun 1979 dan telah berkembang pesat dengan Tingkat keberhasilan mencapai 95 persen dan mampu meningkatkan intensitas hujan antara 8 sampai 20 persen.

Teknologi cuaca untuk ketahanan pangan dapat diaplikasikan dengan meningkatkan intensitas hujan pada musim kemarau puncak sehingga bisa menambah frekuensi panen menjadi tiga kali. Teknologi modifikasi cuaca juga dapat digunakan untuk mengatasi lahan-lahan sawah dari tanah tandus, sehingga bisa menambah sawah baru walaupun dua kali panen. Dengan demikian, secara teoritis, maka swasembada pangan dapat dicapai dengan meningkatkan rerata frekuensi panen 2,5 kali setahun dan penambahan 500.000 hektar area sawah dari tanah tandus.

Teknologi cuaca yang mula-mula dilakukan tahun 1979 oleh pemerintah melalui TNI, kemudian dilanjutkan BPPT dari tahun 1985 sampai tahun 2022, yang akhirnya menjadi BRIN.

Sejak tahun 2024 banyak bermunculan agen modifikasi cuaca swasta beroperasi di Indonesia. Beberapa waduk yang telah memanfaatkan modifikasi cuaca untuk PLTA seperti waduk Brantas, CItarum, Poso, DAS Mamasa, dan lainnya. Adanya pemanfaatan modifikasi cuaca juga sekaligus mengatasi masalah kesenjangan lahan sawah dan distribusi padi yang selama ini terkesan Jawa-Bali centris sebagai lumbung padi.

Adanya modifikasi cuaca dapat membentuk lumbung-lumbung padi baru di seluruh Indonesia. Swasembada padi akan membuat Indonesia Merdeka pangan seperti yang dicita-citakan pendahulu kita sejak tahun 1945. Semoga berhasil. (*)

Penulis adalah Ahli Peneliti Utama BRIN, pemerhati material energetik, roket, dan cuaca.

Share233Tweet146Pin52

Berita Terkait

PILKADA 2024, ANAK MUDA BISA APA?

02/07/2024

PEMILU  Tahun 2024 sudah selesai, sebentar lagi pemilihan kepala daerah yang hakikinya dilaksanakan sekali setiap lima tahun akan dimulai. Secara...

Aspek Positif dan Negatif dari Perubahan Umur Calon Presiden dan Wakil Presiden

04/06/2024

PEMILIHAN Presiden pertama kali di Indonesia bukan dari pemilihan umum yang langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan Presiden pada awal tahun...

Pematangsiantar Butuh Pemimpin Berani dan Akses Alternatif Hadirkan Dana Pembangunan

16/04/2024

SimadaNews.com-Pemilihan kepala daerah, termasuk di Kota Pematangsiantar, menjadi sorotan pada tahun ini. Sejumlah calon wali kota potensial telah mulai muncul...

Selamat Datang Era Legitimasi Vs Legalitas

16/02/2024

PUJI Syukur pada Sang Ilahi ! Pemilu Serentak 2024 sampai saat ini berjalan sesuai agendanya.. Ternyata jnggulan pilihan politik perwakilan...

Tolak Masa Jabatan Kades 8 Tahun!

13/02/2024

SimadaNews.com-Revisi UU Desa telah sampai kepada tahap pembahasan tingkat I oleh DPRRI melalui Baleg dengan Pemerintah dalam hal ini Kementerian...

Kawal Pemilihan Berintegritas

04/02/2024

SimadaNews.com- Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar pemilih Tetap (DPT) secara nasional 2024 sebanyak 204.807.222 jiwa. Sebanyak 52 persen...

Berita Terbaru

News

Diduga Penyakit Kambuh, Polar Pardede Ditemukan Meninggal di Rumahnya

21 Mei 2025 | 18:58 WIB
News

Warga Pulo Dogom Keluhkan Asap Pembakaran Jangkos PT MSJ

21 Mei 2025 | 18:21 WIB
News

Pemko Pematangsiantar Tanggung Jaminan Sosial 11 Ribu Pekerja Rentan 

21 Mei 2025 | 17:42 WIB
News

Video Viral Diduga Kades Main Judi, Camat Na IX-X: Sudah Kami Panggil dan Ingatkan

21 Mei 2025 | 15:49 WIB
News

Maretti Zendrato Meninggal karena Tertabrak Kereta Api Siantar Ekspres

21 Mei 2025 | 14:07 WIB
News

Dewan Pers: Bukan Soal Status Kompeten dan Terverifikasi, Paling Penting Wartawan Harus Pedomani Kode Etik Jurnalistik

21 Mei 2025 | 13:16 WIB
News

Telkom Dukung Transformasi Digital UMKM Lewat Pelatihan Bersama Mitra Binaan Mandiri

21 Mei 2025 | 12:19 WIB
News

Ketua TP PKK Pematangsiantar Kunjungi Posyandu di Simarito, Serahkan Bingkisan untuk Balita

20 Mei 2025 | 19:40 WIB
News

Warga Banjar Hulu Desak Kejaksaan Tahan Pangulu Terkait Dugaan Korupsi Dana Desa

20 Mei 2025 | 17:09 WIB
News

SMA Negeri 1 Raya Raih Prestasi di Ajang Olimpiade dan Lomba Seni

20 Mei 2025 | 16:16 WIB
News

Delpin Barus Gelar Reses di Kelurahan Lubuk Baru, Disambut Antusias Warga

20 Mei 2025 | 14:10 WIB
News

Lapas Tebing Tinggi Gelar Upacara Peringatan Harkitnas ke-117 “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat” 

20 Mei 2025 | 13:10 WIB
  • Redaksi
  • Terms
  • Policy
  • Pedoman

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba