JAKET Merah istilah Bapak Presiden Joko Widodo, yang bermaknakan “Jangan Keterlaluan Mempermainkan Sejarah”.
Dalam hal ini, saya mengutip kutipan tersebut diatas guna untuk memotivasi diriku dirimu dan untuk diri kita bersama dalam menggapai cita-cita selaku Anak Bangsa yang beradab khususnya dalam menorehkan sejarah Bangsa ini kedepannya untuk menjadi Bangsa yang lebih baik lagi menuju SDM nan unggul dan terpercaya serta untuk Indonesia Maju tentunya.
Jaket Merah, Jangan Keterlaluan Mempermainkan Sejarah !!. Sejatinya sejarah Indonesia itu sejak sedia kala hingga saat ini (Dikepemimpinan Jokowi) adalah masih Negara Beradab, bukan Negara Biadab alias Tak Beradab seperti yang diinginkan oleh oknum-oknum para politisi busuk yang memangku kepentingan semata saat ini hanya untuk menyelamatkan harta bendanya yang secara beroleh dari hasil rampasan uang rakyat itu sendiri dengan menunggangi para kaum paham radikal yang secara juga ingin merusak tatanan Bangsa dan Negara ini yang juga bagian dari konspirasi 4 pihak kubu jahat tersebut.
Jaket Merah, Jangan Keterlaluan Mempermainkan Sejarah !!. Cara mudah menjajah sebuah Bangsa, bikin kaum mudanya melupakan Sejarah Bangsanya sendiri, dan malu akan Budaya Bangsanya sendiri. Hal ini haruslah kita lawan dan bangkit dengan Revolusi Mental itu sendiri.
Memasuki tahap demokratisasi paska Reformasi 98 itu yang kemudian dipacu oleh peradaban ICT, ternyata Bangsa Indonesia malah semakin didera penyakit sosial yang disebut Distrust Syndrome. Penyakit sosial ini sesungguhnya adalah warisan produksi 32 tahun rejim Otoriter ORBA yang kini malah semakin kronis dan akut. Buya Syafii Marif menyebutnya sebagai Demokrasi Tuna-Adab.
Solusinya kita harus andalkan Inovasi Cerdas yaitu: Kebangkitan Kebudayaan 714 Suku Nusantara di 75.000 Desa kita.
Kita harus mau dan mampu meniru keberhasilan Bangsa dan Negara Jepang serta Jerman. Meski luluh lantak akibat kalah Perang Dunia ke-2, namun hanya dalam waktu seketika Jepang dan Jerman mampu bangkit lagi menjadi Negara dan Bangsa yang maju, sejahtera serta kuat/besar.
Demikian juga dengan Bangsa dan Negara Korea Selatan. Contoh lain yang terbaru dan sangat fenomenal adalah negara dan bangsa Tiongkok (China). Meski kondisinya jauh lebih buruk dibanding Indonesia di awal tahun 80an, saat itu Deng Xiao Ping berkata : “Mari kita kembali menjadi bangsa Tiongkok!!”. Hasilnya pun amat menakjubkan.
Lalu bagaimana dengan Bangsa dan Negara Indonesia kini dan untuk masa yang akan datang?? Kita bisa awali dengan sebuah hipotesis baru, yang salah satu inspirasinya berasal dari NAWACITA yaitu “Demokrasi (Indonesia/Pancasila) haruslah berakar kuat pada Budaya 714 Suku Nusantara secara praksis dalam kehidupan sehari-hari di 75.000 Desa kita”.
Disamping itu Hipotesis baru lainnya bisa kita uraikan dengan ” Musuh Besar bagi Kapitalis Global Liberal dan Radikalisme Agama TransNasional adalah Kebangkitan Budaya dari Suku dan Bangsa di dunia”.
Nah selanjutnya, bagaimana mengalahkan konspirasi 4 kubu jahat tersebut? Gerakan Daulat Desa dengan ini mengajak dan mementori warga tiap desa untuk membentuk 1 Desa 1 Ormas Daulat Desa (+nama desa masing-masing) sehingga akan terbentuk Himpunan Raksasa 75.000 buah Ormas Daulat Desa yang memiliki Ratusan Juta anggota. Ratusan Juta anggota, baik itu anggota penuh (harus ber-KTP desa yang bersangkutan) ditambah anggota luar biasa (orang ber-KTP kota yang punya hubungan atau ikatan dengan desa dimaksud).
Hal ini akan menjadi kekuatan kongkrit dan terukur yang amat besar yang akan mampu mengalahkan siapapun Kubu Kejahatan yang ada yang dapat mengganggu atopun merusak 75.000 desa kita ini!!.
Untuk menjadi kuat, kita tidak bisa lagi berjalan sendiri-sendiri. Ego sektoral tidaklah relevan, kolaborasi dan sinergi antar Lembaga atopun Ormas harus ditingkatkan. Sebab pencapaian visi besar harus kita percepat, tidak ada jalan lain selain meninggalkan cara lama dan beradaptasi dengan cara baru.
Jaket Merah, Jangan Keterlaluan Mempermainkan Sejarah !!. Ingatlah sodara/i ku sebangsa setanah air, bahwa mendukung Presiden Jokowi bukan lagi sekedar pilihan politik. Akan tetapi mendukung Presiden Jokowi itu adalah langkah menyelamatkan Bangsa dari tangan politikus-politikus busuk yang kini tak segan-segan merangkul Kaum Radikalis itu sendiri!.
Tak harus sedarah untuk bersaudara, bersama kita Runtuhkan skenario besar Disintegrasi Radikalisme dan Anti Keragaman tersebut. Suarakanlah kebenaran dengan tanpa rasa takut saat kamu melihat ketidakjujuran disekitarmu. Jangan keterlaluan mempermainkan sejarah, karna Presiden Jokowi akan menorehkan sejarah Bangsa ini untuk menjadi yang lebih baik lagi kedepannya, tentunya juga selaras dengan keoptimisan harapan kita bersama.
Mari kita bangkit dan maju bersama tanpa menyingkirkan orang lain, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan orang lain, berbahagialah kiranya kita tanpa menyakiti orang lain. Bersatu untuk Indonesia Maju yang berazaskan gotong royong serta untuk Kesaktian Pancasila itu sendiri, sebab Pancasila sesungguhnya adalah Penggerak dan selaku Bintang Pengarah serta sebagai Pemersatu Bangsa.
Semoga semangat Pancasila dapat terus menyala dalam jiwa kita selaku Bangsa Indonesia yang Beradab. Karna kita saat ini tidak sedang memperdebatkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang kita tumpas saat ini bukan Agamanya, bukan pula Sukunya, bukan juga Rasnya, serta Golongannya. Akan tetapi saat ini kita sedang menumpas Radikalisme yang sedang menggerogoti rasa Nasionalisme di hatimu.Salam Perjuangan, Salam Kebajikan Pancasila, Salam Daulat Desa. Merdekaa!!! (*)
Penulis: Mario Oktavianus Sinaga, Mentor Gerakan Daulat Desa (GDD) dan Ketua GM MARSIA Sumut