Masyarakat Humbang Hasundutan khususnya kaum milenial harus benar-benar selektif dalam memilih yaitu dengan memilih para calon yang mengedepankan gagasan, ide dan solusi untuk kemajuan humbang hasundutan sendiri salah satunya dengan melihat track record yang baik dan jelas dan tidak pernah terjerat korupsi dan pelanggaran HAM.
Untuk melihat profil para calon tentu bukan hal yang sulit bagi kaum milenial untuk menggali seputar informasi tentang calon dengan kemajuan informasi dan komunikasi terutama dalam media sosial sebelum bertemu, bertatap muka dan mendengarkan orasinya. Media sosial juga menurut saya bisa menjadi indikator dalam memilih para calon dengan transparansi kegiatan dan kehidupan para calon dan menjadi bukti bahwa si calon juga mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi.
Kaum milenial juga harus berani menolak politik transaksional dengan tidak menerima uang ataupun dalam bentuk lainnya dengan dalih supaya dipilih karena itu sudah menjadi tindak kecurangan. Tentu bukan hal yang muda mengingat momentum politik sudah biasa hal seperti itu atau bahkan sudah menjadi tradisi. Namun itu harus segera diputuskan dan diakhiri ditangan kaum milenial karena hal tersebut akan sangat mengkerdilkan harga diri kita dan membuat sistem birokasi kita semakin murah.
Misalnya dalam parlemen hanya dengan Rp. 100. 000 persuara, 100.000 suara hanya butuh 10 M sudah bisa mengatur UU di parlemen atau dengan 20.000 suara dengan dana sekitar 2 M sudah bisa mengatur perda di provinsi dan 3.000 suara dengan dana sekitar 300 juta sudah bisa mengatur kebijakan di kabupaten/kota.
Memang kalau kita jumlahkan kita mendapatkan uang yang lumayan dengan cara dan waktu yang praktis. Namun kita tidak sadar itu akan mematikan dan menyingkirkan para pejuang-pejuang politik yang murni yang lahir dari hati nurani yang ingin berkarya dan mengabdi kepada masyarakat dan uang sebanyak itu tentu bukan menjadi masalah bagi para pemilik uang yang naik dengan cara curang tersebut.
Pun kaum milenial jangan hanya melihat para calon dengan retorika dan permainan kata-kata saja namun harus kritis dengan penyampaian program yang langsung dan mudah diterapkan nantinya. Walaupun hal itu tidak mudah mengingat sangat dibutuhkannya komitmen kuat daripada calon dan sinergitas dengan masyarakat itu sendiri karena membangun Indonesia secara umum dan humbang hasundutan secara khusus bukan hanya karena kemampuan para calon yang terpilih nantinya.
Juga menjadi bagian dan tanggungjawab kita bersama yang sudah menjadi satu kesatuan dalam negara ini. Walau para pemimpinnya hebat kalau masyarakatnya tidak mau berkembang akan sulit menjawab tantangan masa ini dan yang akan datang terlebih dalam revolusi 4.0 yang sudah mulai kita jajaki dan bonus demografi yang sebentar lagi akan kita songsong bersama.
Tanggal 17 April semakin tidak terasa dan tentu banyak juga kaum milenial yang saat ini tidak berdomisili lagi di humbang hasundutan tercinta dengan berbagai kepentingan dan keperluan antara lain dan sedang melanjutkan pendidikan ataupun bekerja padahal namanya masih terdaftar dalam daftar pemilih tetap di daerah pemilihan di Humbang Hasundutan, untuk segera mengurus layanan pindah pemilih untuk melindungi hak suara kita 30 hari sebelum tanggal 17 april 2019 di kantor komisi Pemilihan Umum atau posko-posko yang disediakan khusus untuk pedaftaran pindah pemilih didaerah tempat kita tinggal. Dengan begitu tentu tidak ada alasan lagi untuk tidak memilih demi kebaikan kita bersama.
Kita berharap dan berdoa pemilihan umum pada tahun ini berjalan dengan lancar dan damai serta ada energi positif dengan hadirnya pemilih kaum milenial yang membawa pengaruh dan perbaikan pada pemilu tahun ini. Sehingga dengan kondisi seperti itu kita berharap akan semakin banyak masyarakat humbang hasundutan khususnya kaum milenial untuk tertarik dan ikut serta dalam pesta kita bersama pesta demokrasi untuk kegembiraan kita bersama. Terakhir saya mengutip salah satu pantun sebagai penutup opini ini.
Burung garuda terbang di angkasa
Terbang tinggi di atas papan
Pemuda adalah harapan bangsa
Dipundaknya penuh harapan. (*)
Penulis adalah Yedija Manullang, alumnus SMA Negeri 1 Dolok Sanggul dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Bengkulu, FakultasPertanian.