SimadaNews.com – Korban meninggal dunia kibat gempa bermagnitudo 6,2 di Mamuju dan sekitarnya, Jumat (15/01) dini hari, terus bertambah.
Sampai sekitar pukul 11.10 WIB, Jumat (15/01), menurut BNPB, setidaknya delapan orang meninggal dunia dari sebelumnya hanya tiga dan sekitar 637 orang terluka di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Korban meninggal ini dikhawatirkan akan terus bertambah, karena beberapa laporan menyebutkan kemungkinan ada korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan gedung yang roboh.
Kantor berita AFP melaporkan, tim SAR di Mamuju sedang berupaya menolong beberapa “pasien dan staf rumah sakit yang terjebak di bawah reruntuhan rumah sakit yang roboh.”
“Kami sekarang berusaha menjangkau mereka,” kata Arianto, salah-seorang regu penolong, tanpa menyebutkan angka pasti orang-orang yang terjebak.
Adapun jumlah orang yang mengungsi telah mencapai setidaknya 15.000 jiwa, yang tersebar di sejumlah desa.
Mereka mengungsi tersebar di sejumlah tempat, antara lain Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, serta Desa deking.
Lainnya, mereka mengungsi di sejumlah lokasi di Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbua di Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Malunda dan Kecamatan Sendana.
Waspadai Gempa Susulan
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat di Mamuju dan sekitar wilayah Majene untuk mewaspadai gempa susulan sekaligus menjauhi area pantai.
Dia mengatakan gempa yang terjadi di sekitar wilayah Majene termasuk gempa dangkal dengan pusat kedalaman 10 kilometer dari permukaan. Sejak Kamis (14/01) hingga Jumat (15/01), BMKG sudah mencatat 28 kali gempa susulan.
“Masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat. Bisa mencapai kekuatan seperti yang tadi terjadi [magnitudo] 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi. Itu karena kondisi batuan sudah digoncang dua kali [magnitude terkuat 5,9 dan 6,2], bahkan 28 kali, sudah rapuh.
“Pusat gempa ada di pantai memungkinkan terjadinya longsor bawah laut sehingga masih atau dapat pula berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa masih di pantai atau di pinggir laut,” kata Dwikorita pada konferensi pers Jumat (15/01).
Dwikorita meminta warga untuk tak hanya menghindari gedung-gedung, tapi ia juga area pantai untuk segera menyingkir dari area itu jika merasa gempa.
“Tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami karena tsunaminya bisa sangat cepat,” ujar Dwikorita.
BMKG menganalisis gempa itu dikarenakan sesar naik Mamuju (Mamuju thrust) dan merupakan pengulangan dari dua gempa besar sebelumnya, yakni di tahun 1969 (magnitudo 6,9) dan 1984 (magnitudo 6,7).
Sebanyak tiga orang meninggal dunia dan sejumlah bangunan di Mamuju, termasuk kantor Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), roboh akibat gempa bermagnitudo 6,2 pada Jumat pukul 01.28 WIB.
Selain korban meninggal dunia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majene melaporkan 24 orang mengalami luka-luka 24. Sebanyak 2.000 warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Dilaporkan bahwa bangunan Kantor Gubernur Sulbar berlantai empat nyaris rata dengan tanah.
Gedung Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju juga roboh. Pasien yang selamat langsung dievakuasi ke lokasi yang dianggap aman. Mal Mamuju dan bangunan pusat perbelanjaan lainnya juga terlihat rusak di sejumlah bagian.
Kemudian data sementara menyebutkan gempa turut merusak sebanyak 62 unit rumah, satu unit Puskesmas dan satu kantor Danramil Malunda. (***)