Simada News
Rabu, 1 Oktober 2025
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV
Simada News
No Result
View All Result
Simada News
No Result
View All Result
  • SMSI
  • google news
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Labuhan Batu Raya
  • Pesona
  • Sudut Pandang
  • Tokoh
  • SimadaTV
Home Sudut Pandang
Fawer

Fawer

MINIM RUANG PUBLIK, SIANTAR TIDAK LAYAK SEBAGAI KOTA TOLERAN

Fawer Full Fander Sihite

Simadanews.com by Simadanews.com
23 Januari 2018 | 03:32 WIB
in Sudut Pandang
Share on FacebookShare on Twitter

KOTA Pematangsiantar dinobatkan sebagai Kota paling Toleran di Indonesia, saya bertanya-tanya tentang hal ini benarkah masyarakat kota pematangsiantar benar-benar toleran?.

Asumsi saya masyarakat Kota Pematangsiantar belum sampai kepada tahapan toleran melainkan di tahap diam atau pakum bahkan tak mau tahu.

Mengapa saya berani mengatakan demikian? Karena menurut saya toleran bukan hanya sekedar banyaknya kantor-kantor sinode gereja yang ada di suatu kota, atau dengan adanya patung besar di suatu Kota, melainkan harus sampai kepada karakter masyarakat yang harus terlihat benar-benar toleran.

Jika dikatakan Kota Pematangsiantar menuju kota Toleran saya sepakat, namun kita perlu lihat bagaimana pembangunan atau program yang dilakukan oleh pemerintahan apakah ada mengarah kesana, jika kita sebagai Kota Toleran berarti dapat dikatakan Kota yang cinta perdamaian namun pada kenyataanya penataan Kota Pematangsiantar masih rawan terciptanya konflik laten, konflik tertutup dan bahkan konflik terbuka.

Sudah jelas dalam tulisan saya ini tidak akan membangga-banggakan Kota Pematangsiantar sebagai Kota Toleran melainkan saya ingin menggugatnya dengan fakta-fakta yang ada.

Siantar Minim Ruang Publik
Kota Pematangsiantar yang disebut sebagai Kota Toleran ini ternyata minim sekali ruang publik, ruang publik merupakan tempat bertemunya semua lintas golongan, baru-baru ini memang Kota Pematangsiantar mulai merenovasi Lapangan Merdeka, namun saya juga ragu apakah itu punya kajian karena Kota Pematangsiantar sebagai Kota Toleran atau hanya sebagai penggunaan anggaran saja.

Minimnya ruang publik di Kota Pematangsiantar pada akhirnya pihak masyarakat membuat ruang publiknya sendiri terlihat dengan semakin menjamurnya tongkrongan-tongkrongan, café-café di Kota Pematangsiantar yang pada akhirnya bukan membuat masyarakat saling berinteraksi melainkan menimbulkan ego sektoral masing-masing, berbeda dengan ruang publik yang benar-benar milik publik semua golongan dapat menggunakannya, dapat bertemu, dapat bermain, dapat berinteraksi bersama.

Contohnya seperti di Lapangan Merdeka, banyak orang yang tidak saling mengenal saling menyapa. sedangkan di Café atau tempat tongkrongan hal itu tidak mungkin terjadi kepada yang tidak kita kenal.

Minimnya Ruang Publik ini dapat berakibat fatal bagi Kota Pematangsiantar, dikarenakan ini dapat menjadi api konflik bagi masyarakat, karena di ruang publik modal social antar masyarakat semakin kuat dan akan sulit di provokasi.

Tetapi dengan minimnya ruang publik, ibaratkan rumput yang sudah kering dan disiram bensin tinggal lempar api maka akan terbakar semua.

Fakta yang kita lihat masyarakat Kota Pematangsiantar butuh ruang publik dan bukan hanya butuh bahkan rindu, fenomena Lapangan Merdeka yang tidak pernah sunyi saat ini menunjukkan kalau Pemerintah Kota Pematangsiantar harus memperbanyak ruang publik di Kota ini bukan lagi memperbanyak ruko atau bangunan.

Sejatinya pembangunan adalah harus kepada manusianya bukan kepada bangunan fisik.

Jika Pemerintah Kota Pematangsiantar tidak selalu memiliki terobosan untuk mencipatakan ruang publik, konflik laten akan semakin banyak yang ditandai dengan meningkatnya jumlah orang gila hal ini bagian dari pada konflik yang dialaminya dengan dirinya, konfik tertutup yang saling membenci namun tidak berani mengatakannya, saling membicarakan di belakang, dan konflik terbuka akan semakin berpeluang terjadi dikarenakan tidak ada ruang untuk saling bertemu dari seluruh golongan. Sehingga Kota Pematangsiantar sebagai Kota Toleran dikarenakan masyarakatnya yang pasif yang tidak mau tahu, bukan karena mampu berdampingan secara damai.

Diam melihat kondisi Kota Pematangsiantar yang semakin hari terkadang kita seperti hidup di lingkaran gedung atau manusia bisu.(*)

Mahasiswa Pascasarja Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Jurusan: Kajian Konflik dan Perdamaian- Megister of Art in Peace Studi

Share254Tweet138Pin50

Berita Terkait

Hermanto Hamonangan Sipayung, SH, CIM

Amnesti-Abolisi Hasto dan Lembong:  Bukan Sekadar Maaf tapi Peluang Koreksi Hukum

01/08/2025

PEMBERIAN  amnesti dan abolisi kepada Hasto Kristiyanto dan Tom Lembong dalam kasus menyeret nama mereka ke dalam pusaran polemik hukum,...

PILKADA 2024, ANAK MUDA BISA APA?

02/07/2024

PEMILU  Tahun 2024 sudah selesai, sebentar lagi pemilihan kepala daerah yang hakikinya dilaksanakan sekali setiap lima tahun akan dimulai. Secara...

Aspek Positif dan Negatif dari Perubahan Umur Calon Presiden dan Wakil Presiden

04/06/2024

PEMILIHAN Presiden pertama kali di Indonesia bukan dari pemilihan umum yang langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan Presiden pada awal tahun...

Prof Dr Heri Budi Wibowo

Indonesia Menuju Swasembada Pangan dan Makan Siang Gratis dengan Modifikasi Cuaca

17/05/2024

KETAHANAN pangan menjadi salah satu sasaran program jangka Panjang pemerintah sampai tahun 2040 menuju Indonesia emas. Target utama dari ketahanan...

Pematangsiantar Butuh Pemimpin Berani dan Akses Alternatif Hadirkan Dana Pembangunan

16/04/2024

SimadaNews.com-Pemilihan kepala daerah, termasuk di Kota Pematangsiantar, menjadi sorotan pada tahun ini. Sejumlah calon wali kota potensial telah mulai muncul...

Selamat Datang Era Legitimasi Vs Legalitas

16/02/2024

PUJI Syukur pada Sang Ilahi ! Pemilu Serentak 2024 sampai saat ini berjalan sesuai agendanya.. Ternyata jnggulan pilihan politik perwakilan...

Berita Terbaru

News

Wesly Silalahi Serahkan 7,5 Ton Benih Padi Unggul kepada Petani

1 Oktober 2025 | 07:02 WIB
News

Sumatera Utara Resmi Raih Predikat Universal Health Coverage Prioritas

30 September 2025 | 17:59 WIB
News

Polsek Balige Amankan 24 Sepeda Motor Knalpot Bolong

30 September 2025 | 12:06 WIB
News

Launching UHC Prioritas, Vandiko: Warga Samosir Berobat Gratis Cukup dengan KTP

30 September 2025 | 11:53 WIB
News

Advokat Pondang Hasibuan Geruduk Kantor Satpol PP Siantar, Desak Penertiban Bangunan Liar Kandang Ayam

29 September 2025 | 22:49 WIB
News

Masyarakat dan Mahasiswa Desa Sennah Desak Inspektorat Audit Dana Desa

29 September 2025 | 21:36 WIB
News

HIMPRO Sistem Informasi Gelar Temu Ramah dan Open Recruitment

29 September 2025 | 20:05 WIB
News

30 September, Target Relokasi Pedagang Eks Gedung IV Pasar Horas 

29 September 2025 | 18:52 WIB
News

Atlet Dojo Garuda Tebing Tinggi Bawa Pulang 5 Medali di Kapolres Pematang Siantar Cup 2025

29 September 2025 | 17:26 WIB
News

DPP Arjuna Putra Aldino Percayakan Amos Sihombing Pimpin Caretaker GMNI Labuhanbatu

29 September 2025 | 12:51 WIB
News

Transformasi Madani, Frando Sipayung & Assyibran Al Mulasy Terpilih Pimpin HMKB Tanjungpinang

29 September 2025 | 11:57 WIB
News

Wushu SMA Negeri 1 Raya Raih Juara Dua Umum Kejurcab Wushu Sanda Simalungun

28 September 2025 | 23:21 WIB
  • Redaksi
  • Terms
  • Policy
  • Pedoman

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba sumber

  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
    • No Result
      View All Result
      • News
      • Ekbis
      • Jagad Raya
      • Komunitas
      • Sudut Pandang
      • Simadagros
      • Asahan
      • Simada TV

      © 2018-2024 Simada News

      rotasi barak berita hari ini danau toba sumber