Oleh | Artha Manora Manurung
Indonesia, pertama kali menginformasikan kasus Covid-19 pada Maret 2020. Saat itu, Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua warga Indonesia positif terjangkit virus Corona. Dan, tepat pada Maret 2021, Covid-19 sudah berusia satu tahun di Indonesia.
Masa pandemi Covid-19 memberikan dampak buruk ke semua kalangan, baik orangtua, dewasa, remaja, anak-anak, terutama anak berkebutuhan khusus (ABK).
Sejak adanya Covid-19 di tengah-tengah masyarakat Indonesia, semua aktivitas seperti bekerja, belajar serta berkegiatan, dilakukan di rumah melalui jaringan atau online.
Masa pandemi Covid-19 tidak hanya memengaruhi sistem pendidikan pada umumnya, melainkan juga menjadi tantangan baru bagi orangtua dan guru anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam melaksanakan proses pembelajaran dari rumah.
Sejak semuanya harus dilakukan dari rumah, terapi untuk anak berkebutuhan khusus menjadi terganggu sehingga orangtua harus melakukan peran ganda baik sebagai orangtua dan sebagai guru untuk anaknya.
Pembelajaran yang dilakukan anak berkebutuhan khusus dari rumah dengan didampingi orangtua memiliki beberapa tingkat kesulitan dan kerumitannya sendiri, berbeda pada saat pembelajaran dilakukan secara tatap muka atau luring bersama dengan guru yang mengampu pada bidangnya masing-masing.
Menurut UNICEF, ada beberapa hal yang harus diperhatikan orangtua dalam rangka mempermudah pembelajaran daring oleh anak berkebutuhan khusus.
Hal tersebut antara lain, yaitu: Pertama dan yang paling utama adalah orangtua harus memberikan pengertian serta perhatian kepada anak mengenai situasi dan kondisi yang terjadi pada masa pandemi yang berdampak pada diberlakukannya pembelajaran melalui daring.
Kedua, selain memberikan informasi kepada anak, orangtua juga harus berperan penting dalam menjaga kestabilan emosi dari anak berkebutuhan khusus dengan senantiasa bersikap dan berpikir positif agar anak juga dapat merasakan energi positif tersebut dan diharapkan dapat membangun sikap optimisme si anak, sehingga kegiatan pembelajaran dari rumah dapat berjalan dengan lancar dan mudah.
Ketiga, mempersiapkan segala keperluan belajar anak dengan membuat jadwal sehari-hari atau dengan menyediakan fasilitas yang dapat mempermudah anak dalam melakukan pembelajaran daring, dimana fasilitas yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
Orangtua juga harus mampu dalam menggunakan Iptek. Jika orangtua tidak mampu menguasai teknologi, maka proses pembelajaran anak akan terganggu.
Serta yang terakhir, perlunya peran orangtua dalam mengajarkan anak untuk senantiasa disiplin dalam belajar dan meminimalisir adanya perilaku anak yang diakibatkan sisi negatif kegiatan pembelajaran daring di rumah.
GURU JUGA MILIKI PERANAN PENTING
Selain dari peran orangtua ABK, guru juga memilki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran ABK di masa pandemi Covid-19.
Guru harus memastikan tercapainya tujuan pendidikan serta pemenuhan target pembelajaran, guru juga memperisapkan berbagai materi serta melakukan evaluasi pembelajaran.
Guru juga memiliki tanggungjawab dalam memperhatikan perkembangan peserta didik dan guru juga harus memberikan penguatan aktif kepada anak pada proses pembelajaran daring sekarang ini.
Orangtua dan guru sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, orangtua dan guru perlu berkolaborasi (bekerjasama) terhadap proses belajar anak dari rumah.
Guru perlu mendampingi orangtua dalam proses pembelajaran anak dan orangtua perlu mendampingi anak dengan memberikan perhatian khusus serta melengkapi fasilitas dalam belajar.
Guru adalah tenaga yang ahli dalam bidang mendidik serta mengajari ABK. Keduanya harus saling berkerjasama agar proses belajar anak berkebutuhan khusus tidak terhambat, serta proses perkembangan anak semakin meningkat.
Jadi kepada seluruh orangtua dan juga tenaga pendidik semua yang ada di Indonesia, tetap semangat untuk selalu mendampingi dan mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam proses pembelajaran di masa sekarang ini, bagaimanapun kondisi serta keadaannya. Karena, anak berkebutuhan khusus juga memerlukan pendidikan yang baik dan sesuai dengan kebutuhannya.
(@Penulis, Mahasiswa Universitas Negeri Medan, Fakultas Ilmu Pendidikan Semester 6)