SimadaNews.com – Kemesraan Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan (PDI-P), Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menyempatkan diri bertemu dan berdiskusi di ruang VVIP Istana Kepresidenan, Jakarta, sebelum pelantikan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Kamis (18/11/2021).
Pertemuan Megawati dan Prabowo berlangsung hangat setelah Puan Maharani bergabung dan hal itu dianggap memiliki pesan politik, dan dikaitkan dengan kontestasi Pilpres 2024. Megawati-Prabowo-Puan disebut segitiga elite politik.
Penasehat DPP Dulur Ganjar Pranowo (DGP), Sabar Mangadoe menyebutkan, perisitiwa politik yang terjadi antara Megawati dan Prabowo, merupakan isyarat, bahwa yang akan menentukan pasangan calon (Paslon) Capres/Cawapres yang akan diusung oleh Koalisi Partai Poros PDI-Perjuangan dan Gerindra.
“Yang pasti pondasi dari peristiwa itu adalah Dwi Tunggal Mega-Pro,” kata Sabar Mangadoe.
Disebutkan Sabar Mangadoe, berdasarkan perjanjian Berlin, Juni 2019, telah disepakati bahwa Capres-nya Prabowo, dan wakilnya siapa pun kader PDI-Perjuangan yang ditunjuk oleh Megawati .
“Terkait dengan perjanjian politik di atas, maka sejak Desember 2020 dibentuklah Kelompok Juang Politik yang dinamakan #DulurGanjarPranowo,” kata Sabar Mangadoe melalui pesan WhatsApp kepada simadanews.com, Sabtu (20/11/2021).
Dijelaskan Sabar Mangadoe, DGP adalah kelompok juang politik yang independen dan berdaulat bergerak untuk membantu bahkan mendesak agar Ketum PDI-Perjuangan, Megawati untuk membatalkan Perjanjian Berlin 2019.
“Agar Megawati memutuskan dan menetapkan serta mengajukan bahwa Ganjar Pranowo (GP) yang akan jadi Capres 2024 yang diusung PDI-Perjuangan. Dan Wakil GP adalah Prabowo atau siapa pun orang yang ditunjuknya,” katanya.
Sesungguhnya, menurut Sabar Mangadoe, gerakan pejuang politik DGP ini seperti Bara JP, Barisan Relawan Jokowi Presiden saat bergerakan pada Pilpres 2014 yang lalu.
Bara JP Bergerak Sejak 15 Juni 2013, DGP Sejak Desember 2020.
Sabar Mangadoe menjabarkan, bahwa Bara JP telah berjuang agar Megawati membatalkan Perjanjian Batu Tulis tahun 2009.
“Dimana pada akhirnya, karena pada bulan Desember thn 2013 nilai elektabilitas Jokowi sampai 2 kali lebih dari elektabilitas Prabowo, maka Megawati mengajukan Jokowi sebagai Capres 2014 yang diusung PDI-Perjuangan melawan Capres Prabowo. Dan akhirnya Jokowi terpilih jadi Presiden 2014-2019. Selanjutnya pada Pilpres 2019 Prabowo pun kembali kalah. Presiden Jokowi 2019-2024,” kata Sabar Mangadoe.
Kini DGP, kata Sabar Mangadoe, bersama ratusan bahkan mungkin nanti ribuan kelompok Relawan Pendukung Ganjar, berjuang kembali agar elektabilitas Ganjar mencapai 2 kali lebih dari elektabilitas Prabowo.
“Ya, agar Megawati mengajukan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024 yang diusung oleh PDI Perjuangan,” kata Sabar Mangadoe. (ingot simangunsong/***)