Simada News
Selasa, 16 September 2025
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV
Simada News
No Result
View All Result
Simada News
No Result
View All Result
  • SMSI
  • google news
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Labuhan Batu Raya
  • Pesona
  • Sudut Pandang
  • Tokoh
  • SimadaTV
Home Sudut Pandang

Politik Sontoloyo?

Brigjen (Purn) Victor E Simanjutak

Simadanews.com by Simadanews.com
27 Oktober 2018 | 01:26 WIB
in Sudut Pandang
Share on FacebookShare on Twitter

JADI teringat peribahasa yang mengatakan “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga”, mungkin peribahasa ini tepat digunakan untuk mengartikan penjelasan Pak Jokowi yang mengungkapkan alasannya menyebut “Politik Sontoloyo”.

Politik Sontoloyo diungkapkan Jokowi saat Peresmian Pembukaan Pertemuan Pimpinan Gereja dan Rektor/Ketua Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Rabu 24 Oktober 2018, hal itu diungkapkan dengan alasan bahwa setelah Indonesia merdeka masalah Kebhinnekaan sudah selesai, para founding father sudah selesai, maka diibaratkan itu sebagai mendapat nilai A yang membuat negara lain terkagum-kagum.

Nilai A adalah nilai yang sempurna, tetapi itu dirusak oleh proses kontestasi politik, baik pilbup, pilwalkot, pilgub, maupun pilpres yang berlangsung setiap 5 tahun. Mengapa kontestasi itu disebut merusak?, karena cara-cara politik yang digunakan tidak beradab, tidak beretika, tidak bertata krama Indonesia, politik kotor, fitnah dan adu domba hanya untuk merebut kursi kekuasaan, paling tidak begitulah menurut pandangan Pak Jokowi.

Kalau kita mencermati Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2017 yang lalu, dimana isu ras dan agama di kembangkan yang membuat luka di hati anak bangsa dan menimbulkan perpecahan, maka pandangan pak Jokowi dapat di terima nalar.

Seharusnya kontestasi politik itu menjadi pesta rakyat, kepada rakyat di suguhkan program, prestasi, rekam jejak dan keunggulan dari masing-masing calon, disampaikan dengan pilihan bahasa yang baik, simpatik dengan berbagai methode yang sifatnya menghibur, sehingga rakyat sulit untuk menentukan pilihan, karena semua baik.

Kita tahu bahwa calon yang diajukan dalam kontestasi politik pastilah putra putri terbaik yang di miliki oleh bangsa ini, baik dilihat dari intelektual, kenegarawanan, etika, sopan santun dan komitmen untuk mempersatukan bangsa ini, sehingga sangat tidak bisa di terima oleh nalar atau akal sehat kalau masih ada calon dan tim suksesnya berbicara atau melakukan tindakan yang kurang pas, alias tidak beretika dan berbudaya.

Buya Syafii Marif menyebutnya sebagai Demokrasi Tuna-Adab. Sedangkan Presiden Jokowi sendiri menyebutnya sebagai Demokrasi Kebablasan.

Contoh Manuver Politik Sontoloyo

Tengoklah seperti misalnya :
● Menyebar berita yang belum di ketahui kebenaran berita itu.
● Masih membawa-bawa massa dalam menghadapi sesuatu, apalagi disertai ancaman.
● Menjelek-jelekkan calon lainnya dengan Hoax, Hujat dan Fitnah.
● Membawa-bawa hal sensitif yaitu isu agama yang dapat memecah belah bangsa.
● Mengatakan anti asing, tetapi membanggakan negara asing, pemimpin asing, disisi lain menjelekkan pemimpinnya sendiri.
● Apalagi kalau membandingkan tempe dengan kartu ATM, bukan kelas pemimpin.
● Hoax Ratna Muka Bonyok Dipukuli, yang disinyalir kuat bertujuan politis merusak Citra Presiden.

Saat ini Ratna Sarumpaet sendiri sudah menjadi Tersangka, setelah sebelumnya mencoba pergi keluar negeri ( Chili) namun berhasil ditangkap polisi di bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Banyak lagi hal lainnya yang tidak pantas di sebutkan atau dilakukan oleh putra putri terbaik bangsa ini, karena semua mata tertuju kepada mereka.

Bila Bangsa ini Terpecah, Bagaimana Mungkin Kita Bisa Maju?

Percayalah bahwa walaupun rakyat diam, sesungguhnya mereka sudah dapat menilai dengan baik kualitas calon dari cara-cara komunikasinya.

Rakyat menginginkan rasa aman, jangan tidak ada perpecahan, bangsa ini sudah baik dan sudah rukun, jangan di kotak-kotak kan lagi, jangan di pecah belah lagi dengan isu yang sensitif, resikonya terlalu besar, siapapun pemenangnya, apakah akan bahagia menerima kemenangan itu diatas perpecahan bangsa ini?, kalau setiap kontestasi terjadi perpecahan, kapan bangsa ini akan maju ?.(*)

Penulis adalah Sekretaris Jendral Gerakan Daulat Desa (@GDD)

Share220Tweet138Pin50

Berita Terkait

Hermanto Hamonangan Sipayung, SH, CIM

Amnesti-Abolisi Hasto dan Lembong:  Bukan Sekadar Maaf tapi Peluang Koreksi Hukum

01/08/2025

PEMBERIAN  amnesti dan abolisi kepada Hasto Kristiyanto dan Tom Lembong dalam kasus menyeret nama mereka ke dalam pusaran polemik hukum,...

PILKADA 2024, ANAK MUDA BISA APA?

02/07/2024

PEMILU  Tahun 2024 sudah selesai, sebentar lagi pemilihan kepala daerah yang hakikinya dilaksanakan sekali setiap lima tahun akan dimulai. Secara...

Aspek Positif dan Negatif dari Perubahan Umur Calon Presiden dan Wakil Presiden

04/06/2024

PEMILIHAN Presiden pertama kali di Indonesia bukan dari pemilihan umum yang langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan Presiden pada awal tahun...

Prof Dr Heri Budi Wibowo

Indonesia Menuju Swasembada Pangan dan Makan Siang Gratis dengan Modifikasi Cuaca

17/05/2024

KETAHANAN pangan menjadi salah satu sasaran program jangka Panjang pemerintah sampai tahun 2040 menuju Indonesia emas. Target utama dari ketahanan...

Pematangsiantar Butuh Pemimpin Berani dan Akses Alternatif Hadirkan Dana Pembangunan

16/04/2024

SimadaNews.com-Pemilihan kepala daerah, termasuk di Kota Pematangsiantar, menjadi sorotan pada tahun ini. Sejumlah calon wali kota potensial telah mulai muncul...

Selamat Datang Era Legitimasi Vs Legalitas

16/02/2024

PUJI Syukur pada Sang Ilahi ! Pemilu Serentak 2024 sampai saat ini berjalan sesuai agendanya.. Ternyata jnggulan pilihan politik perwakilan...

Berita Terbaru

News

Telkom Sumut Gelar Health Leaders Gathering Bersama Rumah Sakit se-Sumatera Utara

15 September 2025 | 21:28 WIB
News

IIER dan PSPK Sukses Gelar Workshop Keamanan Anak di Ruang Digital

15 September 2025 | 20:31 WIB
News

Enam Hari Tak Keluar Rumah, Hotma Justina Sidabalok Ditemukan Sudah Meninggal

15 September 2025 | 16:38 WIB
News

Wesly Silalahi Hadiri Penutupan Dikmata Infanteri TNI AD Gelombang II TA 2025

14 September 2025 | 16:32 WIB
News

Rumah Wartawan di Pematangsiantar Didobrak OTK, Keluarga Ketakutan

14 September 2025 | 14:25 WIB
News

Wesly Silalahi Lepas Atlet Wushu Naga Sakti Bertanding ke Malaysia

13 September 2025 | 19:38 WIB
News

Marak Penipuan Berkedok Pialang Saham, Cipayung Plus Sumut Buka Posko Pengaduan

13 September 2025 | 19:07 WIB
News

Lapas Tebing Tinggi Intensifkan Patroli Brandgang untuk Perkuat Keamanan

13 September 2025 | 16:02 WIB
News

SMA Bintang Timur Pematangsiantar Juara I Turnamen Sepakbola Piala Wali Kota 2025

13 September 2025 | 12:07 WIB
News

Mahasiswa Teriak “Jaksa Mandul”, Tuntut Tangkap Vendor Seragam Sekolah SD-SMP di Simalungun

13 September 2025 | 07:42 WIB
News

DPRD Soroti Siswa Merokok dan Guru Tak Disiplin di Siantar

13 September 2025 | 07:21 WIB
News

Visi Toba Mantap 2029 Jadi Landasan KUA-PPAS APBD 2026

12 September 2025 | 20:27 WIB
  • Redaksi
  • Terms
  • Policy
  • Pedoman

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba sumber

  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba sumber

xnxx