SimadaNews.com-Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping dalam pertemuan bilateral yang digelar di sela KTT APEC. Pertemuan dihelat di Hotel Stanley, Port Moresby, Sabtu (17/11).
Mengawali pertemuan, Presiden Jokowi memberikan ucapan selamat kepada Presiden Xi Jinping atas kesuksesan RRT menggelar pameran internasional ekspor di Shanghai yang berlangsung belum lama ini.
“Saya ingin menyampaikan selamat atas penyelenggaraan The 1st China International Import Export Expo di Shanghai baru-baru ini, di mana Indonesia menjadi ‘Negara Kehormatan’,” ujar Presiden.
Selain itu, Presiden juga mengapresiasi RRT atas ucapan simpati dan kerja sama yang diberikan dalam penanganan bencana alam di Lombok dan Sulawesi Tengah.
Kedua kepala negara kemudian membahas beberapa hal terkait hubungan kedua negara. Dalam bidang perdagangan, Presiden berharap kedua negara dapat bekerja sama mengatasi defisit perdagangan Indonesia-RRT melalui berbagai cara, antara lain kemudahan bagi ekspor buah tropis dari Indonesia ke RRT, seperti nanas segar, buah naga, alpukat, rambutan, mangga, pisang, dan durian.
“Kemudahan bagi impor sarang burung walet asal Indonesia,” lanjutnya.
Presiden juga berharap keberlanjutan ekspor kelapa sawit dan produk turunannya, termasuk kerja sama pengembangan biodiesel seperti biofuel B5, B20 dan replantasi kelapa sawit. Selain itu, Presiden ingin agar RRT tidak menerapkan kuota atau anti-dumping untuk produk manufaktur Indonesia seperti besi baja.
Kedua Kepala Negara juga membahas mengenai kerjasama di bidang investasi, termasuk untuk mengembangkan industri 4.0.
Dalam pertemuan bilateral ini, Presiden didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Duta Besar LBBP RI untuk Papua Nugini Ronald J.P. Manik, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Desra Percaya, dan Staf Khusus Presiden Adita Irawati. (rel/snc)