SimadaNews.com-Kebijakan menaikkan harga BBM berujung berbagai aksi ricuh dua kota utama di Zimbabwe.
Dilansir dari CNN, Selasa (15/1), pemerintah Zimbabwe mengerahkan tentara dan polisi untuk menghadapi massa dalam aksi protes. Demonstran menutup jalan-jalan dan membakar ban di ibu kota Harare.
Banyak toko dan pasar swalayan masih tutup setelah terjadi penjarahan di pusat kota pada Senin kemarin.
Salah satu demonstran, Abigail Hupe mengatakan banyak warga yang kabur mencari tempat yang lebih aman setelah polisi akibat kerusuhan itu.
Unjuk rasa terjadi setelah Presiden Emmerson Mnangagwa mengumumkan kenaikan harga bahan bakar sebesar 150 persen.
Alasan melakukan hal itu adalah untuk mempermudah akses penyediaan bahan bakar yang telah menipis selama beberapa bulan.
Mnangagwa berpendapat kekurangan bahan bakar disebabkan karena perekonomian yang sedang meningkat. Selain itu dia menyatakan nilai tukar mata uang yang rendah dan perdagangan bahan bakar ilegal turut menjadi pemicu kenaikan BBM.
Setelah pengumuman kenaikan harga itu, masyarakat menyalahkan pemerintahan Mnangagwa lantaran tingkat perekonomian Zimbabwe semakin menurun, yang merupakan imbas dari pemerintahan presiden sebelumnya, Robert Mugabe.
Sedangkan Wakil Menteri Informasi Zimbabwe, Energy Mutodi mengatakan pihaknya juga khawatir terhadap dampak kenaikan harga BBM.
“Kami tidak punya masalah dengan siapapun yang memprotes kenaikan harga bahan bakar dan komoditas secara damai. Kami sama-sama khawatir seperti warga lainnya,” kata Mutodi.
Mutodi menyatakan tidak ada yang bisa dilakukan pemerintah untuk menahan kenaikan harga bahan bakar. Sebab dia beralasan Zimbabwe merupakan negara yang menjual bahan bakar dengan harga termurah di Afrika. (*/snc)