Jangan sampai peluru yang ditangan Densus 88 yang dibeli dari uang rakyat, terpaksa digunakan untuk menembak rakyatnysa sendiri yang menjadi teroris.
BNPT tentu mempunyai kerja yang lebih berat, lebih mengedepankan program-program advokasi untuk mereduksi bahkan menghilangkan pola pikir radikal dan ekstrim dalam masyarakat.
Caranya tentu dengan mengajak dialog, libatkan tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat, secara simultan dan terus-menerus. Jangan pendekaan proyek, sebab biasanya jika uangnya habis proyek lantas berhenti. Dan yang lebih penting lagi, jangan cepat cepat memberikan cap kepada kelompok masyarakat sebagai ekstrimis, radikal dan teroris tanpa melaui suatu penilaian yang mendalam.
Sebagai contoh sikap yang kurang elok ditunjukan BNTP baru-baru ini di suatu diskusi. Pejabat BNTP menyebutkan bahwa PT Negeri UI, IPB, ITB, UGM, UNDIP, UNAIR sudah disusupi paham radikalisme. Suatu statemen dari seorang pejabat publik yang tidak bijak dan menimbulkan polemik dimasyarakat, khususnya di kampus yang bersangkutan.
Semoga Indonesia terbebaskan dari Terorisme. Insya Allah.(*)
Cibubur, 27 Mei 2018
Penulis adalah pemerhati kebijakan publik juga Dosen di AN-FISIP UNAS.