SimadaNews.com – Perum Jasa Tirta (PJT) I bersama dengan Pemkab Toba melakukan penanaman 150.000 batang pohon di areal lahan kritis seluas 250 hektar di daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba.
Kegiatan seremoni penanaman dilakukan di lahan seluas 20 hektare di Desa Sionggang Tengah, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba, Jumat (3/9/2021).
Penanaman simbolis dilakukan Direktur Operasional (Dirops) PJT I, Gok Ari Joso Simamora bersama Bupati Toba, Poltak Sitorus dan perwakilan Inhutani IV selaku pelaksana konservasi, Kejaksaan Negeri Toba, Forkopimda Toba, serta masyarakat.
Bibit pohon yang ditanam adalah kopi, alpukat, durian, jengkol, petai, pinus, durian, dan kemiri.
Joso Simamora mengatakan, penanaman pohon di DTA Danau Toba diinisiasi PJT I untuk mengatasi banyaknya lahan kritis yang berpotensi menimbulkan erosi dan sedimentasi.
“Program ini kami lakukan mulai September ini hingga Desember. Seluruh pembiayaan dari kami dengan pelaksana oleh pihak Inhutani IV,” katanya.
Ia berharap, bibit pohon yang ditanam bisa dijaga dan dirawat agar bisa tumbuh dengan baik. Untuk itu, ia juga meminta Inhutani IV melibatkan masyarakat agar turut menjaga bibit yang telah ditanam.
Ditanya mengapa pelaksanaan dilakukan jelang akhir tahun, kata dia, menyesuaikan dengan cuaca di wilayah Sumatera.
“Berbeda dengan di Jawa. Kalau di Sumatera bulan September ini sudah mulai hujan sehingga akan lebih efektif dan bibit yang ditanam bisa hidup. Kalau waktu kemarau, pasti mati,” jelasnya.
Untuk penanaman pohon di wilayah Kabupaten Toba itu menyasar lima desa di lima kecamatan. Seluruh lokasi masuk dalam kategori lahan kritis yang berada dekat dengan Danau Toba.
Bupati Toba mengucapkan terima kasih pada PJT I yang bekerjasama dengan Inhutani IV dalam melakukan upaya konservasi di Danau Toba.
“Saya lihat, tanahnya luas, tapi pohonnya dimana. Tidak ada. Ada pohon tapi pohon jagung. Ini masuk kategori lahan kritis karena rawan longsor,” kata Poltak Sitorus.
“Pohon yang kita tanam harus dipelihara dengan baik. Banyak keuntungannya. Di samping menahan air juga supaya tidak erosi dan bisa menghasilkan oksigen. Buahnya bisa dinikmati,” jelasnya.
Ia berharap suatu saat jika kembali ke Desa Sionggang Tengah bisa memanen buah yang telah ditanam.
“Kalau kesini lagi tidak untuk menanam tapi makan buah. Makan buah durian yang hari ini saya tanam. Buah ini bisa memperbaiki gizi. Jadi warga juga tidak perlu beli, karena bisa panen dari banyak pohon yang ditanam,” tuturnya.
Perlu diketahui, berdasarkan data dari peta lahan DTA Toba yang dirilis Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup tahun 2018 seluas 385.596 hektar. Dari luas itu, lahan dengan kategori sangat kritis seluas 7.812 hektar dan lahan kritis 21.983 hektar.
Untuk kategori lahan agak kritis seluas 172.094 hektar dan lahan potensial kritis 15.745 hektar. Sedangkan lahan tidak kritis tercatat seluas 167.960 hektar. (Jaya Napitupulu)