SETELAH menyelesaikan hukumannya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, kembali fenomenal mengisi lembaran media cetak, elektronik dan media sosial.
Itu karena kehadirannya di Kementerian BUMN yang dipimpin Erick Thohir, yang kemudian mengendus kabar bahwa Ahok dipersiapkan untuk memimpin Pertamina menggantikan posisi Tanri Abeng, sebagai komisaris.
Kehebohan yang beraroma Ahok itu, sebenarnya merupakan langkah Jokowi untuk meng-skak para begundal atau mafia hitam di Pertamina.
Jokowi memang seorang negarawan yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menarik begundal atau mafia hitam, agar keluar dari kandangnya.
Tidak keluar sebatas menampakkan wujud sebenarnya, juga berteriak-teriak layaknya meradang karena mendapatkan hunjaman skak tajam dari Jokowi.
Lihat saja yang dilakukan kelompok karyawan (buruh) Pertamina yang menolak Ahok. Sebenarnya, teriakan itu bukan hanya di batasan rencana kehadiran Ahok.
Tetapi yang lebih menajam, para buruh itu sangat tidak menduga kalau-kalau Jokowi mengambil keputusan untuk menempatkan Ahok.
Ahok memang disebut sebagai pendobrak. Tegas dan berkomitmen serta tidak tergoyahkan. Tidak terukur dan punya kemampuan untuk mengukur kekuatan lawan politiknya.
Namun, kita harus tetap ingat dan jangan pernah alpa, saat Jokowi menyampaikan pesan, bahwa tidak ada visi menteri, yang ada visi Presiden dan Wakil Presiden.
Pernyataan tegas tersebut, memperjelas bahwa Presiden Jokowi bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin, sejatinya yang mengggerak-kendalikan langkah para menteri serta jajarannya.
Artinya, langkah Ahok ketika masuk ke Pertamina, nantinya juga akan diatur dan sangat teratur, sesuai dengan irama yang ditetapkan Jokowi.
Papan catur kabinet, sudah dibentangkan Jokowi. Para pembantunya (menteri dan jajaran), sudah masuk di dalamnya. Mau tidak mau, para begundal konspirasi penjahat politik akan mengisi papan seberang.
Dan Jokowi pun, dalam melangkahkan buah csturnya, tidaklah gegabah. Percaturan ini, bukan sampai di akhir permainan, bagaimana mematikan raja. Tetapi, lebih kepada bagaimana memberi pelajaran dalam menyadar-adabkan para begundal dan para penjahat politik.
Jokowi akan mempertunjukkan pola permainan yang sama, ketika membawa masuk Prabowo Subianto ke dalam papan catur kabinetnya.
Hasil akhir dari permainan cstur politik Jokowi, akan menimbulkan kecenganngan-kecengangan. Membuat para lawannya, merasa terkecohkan dan harus tertunduk malu.
Atau boleh jadi, lawan politiknya akan tiarap dan menyembunyikan diri. Bukan berarti, Jokowi mempermalukan mereka. Tetapi mereka menjadi malu sendiri.
Kalau ada muncul sebelumnya angka 212–yang punya alumni itu–maka Ahok pun dipersiapkan pelantikannya di angka 212 (2/12/2019). Mereka pun akan saling berhadapan di papan catur politik Jokowi. Begitulah gaya skak Jokowi terhadap lawan politiknya.(*)
Penulis:Ingot Simangunsong, penulis senior GDD Sumut