SimadaNews.com-Generasi milenial selama ini tahu marsialop ari, haroan bolon dari cerita orangtua atau salah satu tor tor Simalungun yang mereka pelajari dan tampilkan.
Kini mereka tahu filosofi dari kegiatan langsung di lapangan, merasakan sendiri serta terlibat bagaimana tradisi Simalungun haroan bolon berjalan serta manfaat gotong royong dalam kegiatan panen padi bersama penduduk lokal.
Para generasi milenial, belajar di Kampung Budaya Oppung Tuan Djorhatim Damanik, Sarimatondang Sidamanik melaksanakan panen padi bersama sama penduduk lokal Desa Sitinggitinggi, yang merupakan rangkaian pra Festival Rondang Bittang, Jumat (19/7).
Sekretaris Tim Panitia FRB, Sultan Saragih, mengatakan, dalam rangkaian kegiatan itu, pihaknya sudah mengundang pelajar, simpatisan budaya Simalungun, peminat wisata khusus serta masyarakat luas, bagi yang ingin merasakan marsialop ari, haroan bolon sebagai edukasi wisata tradisi Simalungun.
Rangkaian kegiatan, dimulai dengan meniti ari (menghitung hari baik) yang merupakan syarat dasar sebelum melakukan panen bersama. Kemudian pemilik sawah mengundang kerabat dan parhuta agar bersedia membantu mengerjakan bersama sama panen padi, kelak bergantian kepada pemilik sawah selanjutnya.
Saat rangkaan panen digelar, Diaman Sinaga, petani Desa Sitinggi tinggi memberi arahan pertama bagaimana tehnik dan cara manabi (memotong padi), remaja pelajar dan wisatawan yang ikut serta wajib terkena lumpur hingga kakinya ada yang terbenam sebatas lutut tak bisa diangkat, juga terpeleset, hal yang mengundang tawa selama kegiatan berlangsung.
Kegiatan kedua mardogei atau memijak hasil padi yang sudah dipotong dan dikumpulkan bersama, penutur tradisi Opung Raminah Garingging memperagakan nyanyian tradisi Simalungun selama mardogei, diinjak seirama bergantian, selang seling canda tawa laki-laki dan perempuan yang sudah berbagi tugas.
Selanjutnya, Mamurpur (menampi) kegiatan berpasangan muda mudi yang memisahkan butir padi dari sisa sisa sekam padi/padi kosong yang dikipas dengan menggunakan tampi.
Ketua FRB Julisar Damanik menambahkan, kini penduduk Sarimatondang sudah banyak yang menggunakan mesin agar hasil lebih cepat dan efesien tidak memakan waktu yang lama.
“Kita bekerja sama dengan penduduk agar beberapa bagian tradisi Simalungun dapat dilaksanakan, sekaligus memberi peluang wisata bagi pengunjung minat khusus yang ingin mengenal serta merasakan langsung sensasi tradisi panen padi. Ekonomi kreatif akan berjalan, petani juga mendapatkan income tambahan dari kunjungan wisatawan bila sudah tersusun jadwal dari jasa travel. Trend wisata yang mulai berkembang, kini tidak hanya ingin jalan jalan dan foto selfie saja, tapi terlibat dan merasakan langsung kegiatan budaya bersama penduduk lokal,” jelas Julisar.
Julisar menuturkan, Festival Rondang Bittang yang akan dilaksanakan 27-28 Juli 2019 di Sarimatondang, merupakan rangkaian mata acara dimulai dari petani, anak boru garama bersama masyarakat melaksanakan panen padi, berkumpul mardogei (menginjak padi), mamurpur (menampi) hingga menyimpan ke lumbung padi, kemudian baru menentukan hati dan acara Rondang Bittang sebagai ucapan syukur, pesta budaya dan temu muda mudi.
Setelah menentukan hari, digelar Rondang Bittang tepat saat bulan purnama,anak boru garama dapat saling bertemu bersenda gurau memperlihatkan ketangkasan sambil mencari jodoh didampingi kaum orang tua.
Gual Gonrang (musik tradisional) memulai acara, semua diisi dengan tari dan permainan lainnya oleh muda mudi bersama orang tua, parhuta atau penduduk dari wilayah lain juga diundang.
“Kita berharap Pemkab Simalungun mendukung kegiatan lokal sarimatondang berbasis tradisi yang dapat dikemas menjadi wisata budaya,” pungkasnya.
Dia menambahkan, Kegiatan ini di dukung oleh BPODT, PT Lovely Holiday Tours n Travel, Sanggar Budaya Rayantara, Cafe Kopi Bahagia, UKM Kopi simalungun dan Jorei Art. (snc)
Editor: Hermanto Sipayung

Discussion about this post