SimadaNews.com-Komunitas Pemuda Lintas Iman Siantar-Simalungun dari GKPS, GKPI, Walubi, Hindu, Banser Ansor, OMK dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, menggelar seminar lingkungan hidup di Balai Harungguan GKPS di Jalan Pdt J Wismar Saragih Kota Pematangsiantar, Sabtu 3 Desember 202.
Ketua panitia, Fernando Siregar mengatakan, kegiatan itu awalnya didasari keterpanggilan secara drastis karena bumi yang ditempati saat ini sedang tidak baik-baik saja.
“Tentunya, pemuda/organisasi memiliki peran menjadi agen perubahan pelestarian lingkungan tanpa memandang dsuku dan ras” terangnya.
Fernando menyebutkan, kegiatan itu akan terus berkelanjutan.
“Jadi diharapkan pemuda bisa menjadi saluran berkat terlebih di lingkungannya masing-masing. Harapan kita dengan kegiatan ini juga, bisa menjadi contoh bagi kabupaten/kota lainnya,” ujar Fernando.
Sementara, penanggung jawab kegiatan, Pdt Albert Purba menyatakan bahwasanya United Evangelical Mission (UEM) merupakan organisasi gereja berkantor pusat di Jerman dan terbagi tiga yakni Afrika, Eropa dan Asia. Untuk kantor Asia berada ada di sini (kantor pusat GKPS Jalan Pdt J Wismar Saragih).
Pdt Albert menerangkan, organisasi UEM membahas dua isu dunia yakni mengenai radikalisme maupun teror dan lingkungan hidup.
“Untuk itulah pertemuan ini sangat bagus, karena muda-mudi ikut mengedukasi pemahaman melawan radikalisme dan kerusakan lingkungan hidup di tengah kehidupan masyarakat,” akunya.
“Lingkungan hidup sesuai pemahaman kita adalah rumah tinggal kita. Oleh karena itu, bumi kan ibu kita bersama dan tentunya harus bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan kita masing-masing,” tambah Albert.
Mantan Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut, Syahrul, didampingi Lina yang juga Staf Walhi Sumut, ketika menyampaikan pemaparan, menerangkan kegiatan seminar lingkungan sangat menarik dimana semua lintas agama pemuda dilibatkan.
Mereka menyebutkan, pemanasan global adalah musuh, masalah dan ancaman bagi manusia.
“Kalau sudah pemanasan global, tidak bicara kamu agama apa, suku mana karena semua akan merasakan dampaknya. Itu pentingnya, kita harus berbagi ilmu soal pemanasan global. Mengedukasi masyarakat dan anak-anak milenial, soal terjadinya pemanasan global dan dampaknya terhadap kehidupan mahluk hidup,” ujar Syahrul.
Syahrul mengungkapkan, dampak pemanasan global, sebenarnya sudah terjadi. Salah satunya iklim yang sulit diprediksi, bencana terjadi di mana-mana seperti banjir, longsor. Bahkan ancaman kedepan adalah krisis pangan.
Kenapa ada kaitannya ke krisis pangan? Karena mahluk hidup ini sejak perubahan iklim, banyak lahan-lahan pertanian yang gagal panen.
Syahrul menambahkan, upaya mengurangi pemanasan global bisa dilakukan dengan berbagai cara. Contoh kecilnya, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor saat bepergian. Dan melakukan penanaman pohon, karena tingkat kerusakan hutan di Indonesia cukup tinggi.
“Anak-anak milenial sekarang kita harapkan bisa menjadi agen perubahan lingkungan dengan menanami pohon di lahan kritis dan juga mengurangi penggunaan sampah plastik untuk menekan pemanasan global ” katanya.
Pantauan di lokasi, usai pelaksanaan seminar, para peserta penanaman pohon di komplek kantor pusat GKPS. (snc)
Laporan: Romanis Sipayung
Discussion about this post