BERANI bermimpi itu adalah pertanyaan konyol orang yang sudah terbiasa dengan tidur, namun orang yang mampu dan brani membuka mata orang yang tidur adalah pemimpin.
Tidur seolah-olah candu ketidak pedulian terhadap realitas hidup, boleh-boleh saja disebut sebagai pecundang politik yang miskin teori dan berakhir di “money”.
Ibarat tangan yang ditiduri saluran sel darahnya terhambat namun ketakutannya melebihi mendekati kematian, padahal sesungguhnya kebekuannya hanya sementara. Pemimpin mana yang membukaka mata? Apa wujudnya? Sudahlah.
Paling juga kita bicara tentang “biaya” sebenarnya alergi, dengan prinsip yang terbentuk dalam setiap diri manusia saat kini, entah apa yang membentuk pahamnya sehingga gagal paham memahami semuanya, namun satu yang bisa membuat mengerti, jawabanya adalah “piti”.
Jika ini adalah lambang yang didahulukan sesungguhnya kita sudah dilumpuhkan, namun bukan lumpuh oleh ilmu pengetahuan tapi kebodohan yang memalukan. Hukum dunia dan sorga sekalipun menolak perlakuan demikian!
Lantas siapa yang berani membukakan dan mengoyak tirai tertutup dan transparan ini? Pemimpin kita yang bagaimana? Saya yakin pemimpin yang pantas itu ialah pemimpin yang mau beranjak dari kenyamanan menuju pintu perlawanan, perlawanan terhadap ketidak baikan yang banyak merenggut kesadaran, hipnotis yang romantis harus di libas habis, pemimpin yang berwujud sederhana dengan pangkat jawara.
Dia akan datang dengan topangan tangan tangan yang terakreditasi menatang, simbol kegagahan menjadi gaya sapaan, gagasan dan warna terlihat jelas dalam bahasa dan tatakrama, jangan tanya persoalan pengalaman, sebab gunung sekalipun akan meletus demi mengutus dan mengurus pemimpin yang brani melawan arus, arus transaksional jabatan, arus kegelapan tetang kebohongan dan mengembalikan hak cipta kepada setiap yang merasa bahwa dirinya sudah dinista.
Sulit memahami bahasa ini tanpa merasa bahwa kita masih di khayalan maya dan berharap singgasana nyata berubah dalam sekejap mata. Intinya pemimpin kita harus berwujud nyata dengan prinsip dan warna yang berbeda.(*)
penulis: Jan Riwando STh pendeta di GKPS bertugas di Saribudolok
Discussion about this post