SimadaNews.com-Menjelang Kongres V PDIP di Bali, berbagai prediksi mulai bermunculan. Prediksi yang hampir pasti nantinya terjadi di Kongres, adalah tinggal menetapkan kembali Megawati Soekarno Putri menjadi Ketua Umum PDIP.
Selain itu, ada prediksi yang kini hangat diperbincangan di jagad perpolitikan nasional, yakni akan hadirnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Kongres V PDIP.
Hal ini untuk melanjutkan pertemuan-pertemuan politik sebelumnya. Yaitu Jokowi berjumpa Prabowo di MRT dan kemudian ditutup makan siang bersama.
Dan beberapa hari kemudian Prabowo menjumpai Megawati di rumahnya jalan Teuku Umar, dimana Megawati menjamu Prabowo dengan nasi goreng masakannya sendiri yang diakui Prabowo sejak dulu adalah kesukaannya, selain bakwan dan masakan Megawati lainnya .
Menanggapi pertemuan-pertemuan itu, Sekretaris Jendral Gerakan Daulat Desa (Sekjen GDD) Sabar Mangadoe, saat berbincang-bincang dengan SimadaNews, Senin (5/8), menuturkan dirinya sudah tidak terkejut atas hubungan unik antara Megawati dan Prabowo itu.
Sabar Mangadoe mengaku, sejak dahulu dirinya menyakini bahwa antara kedua tokoh itu memiliki hubungan pribadi emosional dan psikologis yang baik, ketika sudah berbicara demi kepentingan bangsa dan negara.
Pria yang juga penggagas dan inisiator Gerakan Kebajikan Pancasila (GKP) ini, mengenang, bahwa PDIP dan Partai Gerindra pernah melakukan aliasi politik strategis dan taktis pada Pemilu 2009, 10 tahun yang lalu.
“Pada Pemilu 2009, ada pertarungan Capres/Cawapres Megawati-Prabowo melawan SBY-Budiono. Namun Mega-Pro kalah,” kenang Sabar.
Menurut Sabar, aliansi pada Tahun 2009 ini, kemudian sempat terganggu pada Pemilu 2014. Terganggu karena perjanjian politik antara PDIP-Gerindra yang dikenal sebagai Perjanjian Batu Tulis, Bogor pada Pemilu 2009 sebelumnya, tidak bisa direalisasikan saat Pilpres 2014.
“Kenapa tak bisa teralisasi, karena PDIP ajukan Capres/Cawapres Jokowi/JK melawan Prabowo/Hatta. Dan Jokowi terpilih sebagai Presiden 2014-2019,” ujar Sabar.
Alumni ITB ini menilai, aliansi PDIP-Gerindra kembali terganggu pada Pilpres 2019. Di mana Jokowi/Amin berhadapan dengan Prabowo/Sandiago Uno. Hasilnya Jokowi terpilih sebagai Presiden periode kedua kalinya.
“Jadi kalau nanti benar-benar Prabowo hadir di Kongres V PDIP di Bali tanggal 8-11 Agustus 2019 nanti, bisa dipastikan bahwa sedang terjadi proses metamorfosa menuju aliansi strategis dan taktis yang selama 10 tahun ini terganggu,” pungkas Sabar
Dwi-Tunggal MegaPro Berlanjut Demi Bangsa dan Negara
Sabar kemudian berpendapat, kehadiran Prabowo di Kongres V PDIP, seperti yang sudah dijanjikan dan menjadi pembahasan politik nasional, bisa saja menguatkan kembali aliansi strategis dan taktis yang sudah terbina saat 10 tahun lalu di Pilpres 2009.
“Kita ikuti saja dengan seksama proses metamorfosa kelanjutan Aliansi Politik Strategis antara Megawati dan Prabowo, atau Dwi-Tunggal MegaPro ini dengan milestone serta deadline time-nya adalah saat Pelantikan Presiden/Wakil Presiden 20 Oktober 2019 mendatang,” kata Sabar.
Sabar menyebutkan, aliansi Dwi Tunggal MegaPro juga nantinya akan terlihat pada pengumuman Kabinet Indonesia Maju yang pertama.
Sabar menambahkan, kabar akan semakin kokohnya DwiTunggal MegaPro, bukan isapan jempol. Sebab Megawati Soekarnoputri (2014) pernah berkata bahwa ” Bangsa Kita Butuh Kesabaran Revolusioner “. Dan ucapan Megawati dibalas pernyataan Prabowo dalam sejumlah pidatonya ” Apapun akan Saya korbankan bila demi negara”.
“Pernyataan kedua tokoh nasional itu yakni Megawati-Prabowo, sangat berhubungan dan dimungkinkan saatnya untuk mengimplementasikannya dalam bentuk kerjasama politik yang lebih strategis demi Indonesia Maju menuju Pemilu 2024 nanti dan terus berkelanjutan 2029 dan seterusnya,” ujar Sabar. (snc)
Editor: Hermanto Sipayung